Kasus Gizi Buruk

Gegara Marak Pernikahan Dini, Jember Jawara Kasus Stunting di Jatim

Pemerintah Kabupaten Jember mengungkap sejumlah kendala dalam penanganan stunting. Tingginya angka pernikahan dini hingga budaya memberi asupan makan pada bayi

Featured-Image
Kasus Stunting di Kabupaten Jember Tertinggi di Jawa Timur, Capai 34,9 Persen. (Foto: Dok. Pemkab Jember)

Budaya Makanan Tambahan ke Balita

Koeshar menambahkann selain tingginya pernikahan dini, faktor penyebab tingginya angka stunting adalah karena kendala penanganan stunting yakni adanya budaya orangtua yang langsung memberi makanan tambahan pada balita di bawah usia 6 bulan.

Padahal, tumbuh kembang anak harus diperhatikan lewat pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif.

"ASI eksklusif harus penuh, sementara di Jember ada pendapat orangtua memberi makanan tambahan selain ASI sampai anak umur 6 bulan, dikasih bubur, air kelapa, mie instan," katanya.

Baca Juga: Usai Kades, Giliran Ketua RT-RW di Jember Persoalkan Masa Jabatan

Sementara itu, salah satu kader Posyandu di Desa Sruni, Kecamatan Jenggawah, Masruroh menyebut sejumlah kendala edukasi terkait penanganan stunting. Salah satunya, para ibu-ibu terkadang tidak terima bila anaknya disebut stunting.

"Masalahnya ada beberapa yang tidak terima kalau anaknya disebut kategori stunting. Sampai ada yang gak mau datang ke Posyandu lagi," kata Ruroh.

Selain itu edukasi agar memberi ASI eksklusif pada anak juga sulit dilakukan karena masih melanggengnya budaya langsung memberi pisang pada bayi yang baru lahir.

"Jadi bayi baru lahir itu langsung diberi makan pisang. Katanya kalau hanya asi tidak kenyang," ujarnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner