Posisi bangunan yang salah namun disengaja
Letak gedung kolonial yang legendaris tersebut sebenarnya ‘menyalahi’ kaidah tata ruang kota tradisional.
Umumnya, gedung pemerintah terletak di sekitar Alun-alun dan berdekatan dengan rumah bupati. Tetapi rumah Residen Kedu ini justru berada menjauh di barat daya, berjarak sekitar 500 meter.
Bukan tanpa alasan, menurut Bagus, ada dua penyebab posisi gedung eks Karesidenan Kedu di Magelang menghadap ke barat.
“Orientasi pemilihan lokasi karena pemandangan yang indah berupa Gunung Sumbing, Perbukitan Giyanti, sawah dan Sungai Progo di sisi barat dan untuk mengawasi pergerakkan pasukan Diponegoro,” tuturnya.
Baca Juga: Pawai Ogoh-Ogoh dan Memaknai Hari Raya Nyepi di Magelang
Tak hanya itu, bangunan bekas rumah dinas pimpinan eks Karisidenan Kedu itu juga sudah mengalami sejumlah perubahan.
"Berubahnya diperkirakan karena bencana alam gempa atau gunung meletus yang sempat terjadi waktu itu," tuturnya.
Hal ini terlihat jika membandingkan dengan lukisan penangkapan Diponegoro karya Pieneman dan Raden Saleh.
“Bentuknya sudah mengalami perubahan,” katanya.
Baca Juga: Mendulang ‘Asah Asih Asuh’ dari Sekolah Kasih Magelang
Selain perubahan bentuk, Bagus mengatakan bangunan tersebut juga sudah pernah mengalami perubahan-perubahan pengguna dan fungsi.
"Misalnya pernah untuk kampus UGM cabang Magelang, Pembantu Gubernur dan Bakorwil II," tutur Bagus Priyatna.
Catatan sejarah juga menuliskan jika Gubernur Jawa Tengah di era tahun 1945 juga pernah berkantor di gedung tersebut.
Bagus menambahkan, gedung eks Karesidenan Kedu memiliki keunggulan berupa perpaduan antara gaya lokal dan kolonial.
“Salah satunya terlihat dengan adanya selasar di samping dan depan gedung,” katanya.
Gedung tua tersebut juga menjadi saksi bisu penangkapan Pangeran Diponegoro saat bulan Ramadan, Minggu 28 Maret 1830.
Dikisahkan Bagus, kala itu, pagi-pagi, De Kock memerintahkan penggandaan jumlah pasukan pengawal berseragaman bersenjata, lengkap di Wisma Residen.
Baca Juga: Jelang Ramadan, Masyarakat Magelang 'Padusan' di Kolam Pisangan
Selain melipatgandakan jumlah pasukan pengawal di Wisma Reiden, De Kock juga memerintahkan pasukan hussar resimen ke-7 segera dikirimkan ke Bedono di perbatasan Kedu-Semarang.
Lebih lanjut, Bagus menuturkan, pasukan tersebut disiagakan untuk mengambilalih pengawalan tahap terakhir. Tidak ada anggota rombongan Dipanegara yang mengenakan busana perang atau membawa perangkatnya.
"Hingga akhirnya De Kock mengingkari janjinya dan melakukan penangkapan. Hingga akhirnya Pangeran Diponegoro diasingkan hingga wafatnya di Magelang," tukasnya.