bakabar.com, BANJARBARU - Kepala Dinas Kesehatan Kalsel, dr Diauddin mengatakan, Balai Veteriner telah menemunkan Virus flu burung clade baru 2.3.4.4 di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU).
Berdasarkan laporan yang diterima, ada satu sampel bebek yang positif terinfeksi virus itu.
Terkait temuan ini, Diauddin meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap sebaran virus flu burung.
“Walaupun rendah, virus ini masih ada potensi menular kepada hewan mamalia. Yang kami khawatirkan bisa menyerang manusia juga,” ujar Diauddin, Kamis (2/3).
Hingga saat ini, kata Diauddin, masih terkonfirmasi positif pada unggas. Ada pun untuk kewenangan penanganan kasus flu burung berada di Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalsel.
Namun sebagai tindakan pencegahan terhadap sebaran virus tersebut, Dinas Kesehatan Kalsel membuat surat edaran yang ditujukan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk mengaktifkan kembali sistem kewaspadaan dini.
Diauddin bilang, pihaknya juga telah mengerahkan surveilans agar proaktif mengamati di lapangan, apabila ditemukan warga atau pasien yang memiliki tanda terserang flu burung.
Terpisah, Kepala Disbunnak Kalsel, Suparmi menuturkan, pihaknya sudah menerima perintah dari Gubernur Kalsel Sahbirin Noor untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap munculnya virus flu burung clade 2.3.4.4. yang sedang mewabah di dunia.
Hal ini menurutnya, sebagai tindak lanjut surat edaran Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor 16183/PK.320/F/01/2023 tanggal 16 Januari 2023, tentang peningkatan kewaspadaan HPAI (Highly Pathogenic Avian Influenza) sub tipe H5N1 clade 2.3.4.4.
“Kami langsung menindaklanjuti bersama dinas lain, yang menjalankan fungsi peternakan dan kesehatan hewan di masing-masing wilayah," ujar Suparmi.
Ia menyebut, pihaknya juga terus berkoordinasi dengan Balai Veteriner Banjarbaru dan Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin.
"Virus ini juga memiliki kecenderungan menjadi infeksi zoonosis," kata Suparmi.
Ia memaparkan, upaya pencegahan terhadap munculnya HPAI yang telah dilakukan di antaranya, meningkatkan biosekuriti, pembagian desinfektan pada sentra peternakan unggas, pembinaan, sosialisasi dan komunikasi, informasi edukasi (KIE) ke masyarakat mengenai HPAI.
"Juga pengambilan sampel untuk uji laboratorium di Balai Veteriner Banjarbaru, serta monitoring pasar unggas di Kalsel," paparnya.
Kemudian, pemantauan lalu lintas unggas antar provinsi dan kabupaten/kota juga ditingkatkan, mengingat cukup tingginya lalu lintas ternak unggas.
"Otoritas veteriner dan dokter hewan berwenang di masing-masing wilayah terus memastikan setiap unggas yang dilalulintaskan keadaannya sehat dan tidak terkena HPAI," tutupnya.