Tak Berkategori

Euro Menguat, Dolar Tergelincir

apahabar.com, JAKARTA – Meningkatnya kasus Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir benar-benar mengancam pemulihan ekonomi. Dolar dilaporkan…

Featured-Image
Karyawati menghitung uang rupiah dan dolar AS di salah satu bank di Jakarta, Kamis (10/9/2020). Foto-Bisnis/Arief Hermawan P

bakabar.com, JAKARTA – Meningkatnya kasus Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir benar-benar mengancam pemulihan ekonomi.

Dolar dilaporkan tergelincir terhadap sejumlah mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat pagi (9/3).

Sementara mata uang Amerika Serikat melemah, Euro tetap mendekati level tertinggi satu bulan terhadap greenback.

Pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa baru tadi membuat komentar yang membuat kekhawatiran inflasi tetap menjadi fokus.

Klaim pengangguran awal mingguan AS turun minggu lalu dan PHK turun ke level terendah dalam lebih dari 24 tahun.

Namun, meningkatnya kasus Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir membuat Federal Reserve (Fed) tidak menarik kembali stimulus besarnya.

"Itu lebih baik dari yang diharapkan tetapi itu tidak cukup untuk mengubah pandangan siapa pun tentang apa yang sedang terjadi, atau kecepatan pengurangan stimulus atau berapa angka Jumat (data ketenagakerjaan). Itu hanya dalam kisaran perkiraan," kata Kepala Penelitian Investasi BDSwiss, Marshall Gittler, dilansir Antara.

Pada Rabu (1/9) Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP jauh lebih lemah dari yang diharapkan.

Pada Jumat waktu setempat, Pemerintah AS akan melaporkan data penggajian (payrolls) untuk Agustus.

Data penggajian nonpertanian diperkirakan akan naik 750.000, dengan tingkat pengangguran diantisipasi turun menjadi 5,2 persen dari 5,4 persen, menurut perkiraan Reuters.

Dolar telah melemah akibat ketidakpastian atas kebijakan Fed. Jumat lalu (27/8/2021), Ketua Fed Jerome Powell mengatakan bahwa pengurangan stimulus dapat dimulai tahun ini, namun bank sentral tidak terburu-buru.

“Mereka mengatakan kecuali jika semua terjadi, mereka akan mulai mengurangi stimulus tahun ini, jadi kita harus melihat kesalahan besar atau mungkin beberapa kesalahan besar bagi mereka untuk menundanya,” kata Gittler.

Data lain menunjukkan pesanan baru untuk barang-barang buatan AS naik pada Juli, sementara pengeluaran bisnis untuk peralatan tetap kuat, meskipun ada kendala pasokan dan tren pengeluaran beralih dari barang-barang ke jasa-jasa.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya turun 0,303 persen pada 92,229, setelah jatuh ke serendah 92,219, level terendah sejak 5 Agustus.

Euro Naik 0,31 Persen

Data lain minggu ini menunjukkan inflasi naik 3,0 persen untuk Agustus membantu mendorong euro ke level tertinggi satu bulan di 1,8745, tertinggi sejak 4 Agustus.

Pada Kamis (2/9), data menunjukkan manufaktur tetap kuat di kawasan tersebut tetapi masalah rantai pasokan mengirim harga lebih tinggi.

Komentar hawkish terbaru dari Bank Sentral Eropa termasuk Robert Holzman dari Austria dan bos Bundesbank Jens Weidman juga mendukung mata uang tunggal.

Presiden ECB Lagarde mengatakan kawasan itu pulih dari pandemi dan hanya membutuhkan dukungan “surgical”.

ECB dijadwalkan mengadakan pertemuan kebijakan pada 9 September.

Sementara, Yen Jepang menguat 0,04 persen versus greenback di 109,96 per dolar. Sterling terakhir diperdagangkan pada 1,3834 dolar atau naik 0,48 persen.

Di antara mata uang kripto, Bitcoin menembus angka 50.000 dolar untuk pertama kalinya sejak 23 Agustus dan terakhir naik 0,98 persen menjadi 49.333,82 dolar AS. Ethereum terakhir turun 1,5 persen menjadi 3.774,04 dolar setelah menyentuh level tertinggi 3,5 bulan di 3.837,20 dolar pada Rabu (1/9/2021).



Komentar
Banner
Banner