Saham Tesla

Elon Musk Yakin Tesla Bakal Jadi Perusahaan Paling Berharga di Dunia

Elon Musk meminta karyawan mobil listrik Tesla untuk tidak menghiraukan kondisi pasar saham, meski saham perusahaan turun hampir 70 persen tahun ini.

Featured-Image
Penurunan saham Tesla dikarenakan permintaan kendaraan listrik melemah dan Musk juga sibuk mengurus Twitter. Foto: dok. electrek

bakabar.com, JAKARTA - Elon Musk meminta karyawan mobil listrik Tesla untuk tidak menghiraukan kondisi pasar saham, meski saham perusahaan turun hampir 70 persen tahun ini.

Adapun penurunan saham Tesla dikarenakan permintaan kendaraan listrik melemah dan Musk juga sibuk mengurus Twitter.

Melansir Reuters pada Kamis (29/12), Elon menulis surat elektronik yang dikirim kepada para staf pada Rabu (28/12) setempat. Ia meyakinkan bahwa Tesla akan menjadi perusahaan paling berharga di dunia.

"Jangan terlalu terganggu dengan kegilaan pasar saham. Karena kita terus menunjukkan kinerja yang sangat baik, pasar akan mengakuinya. Dalam jangka panjang, saya sangat percaya bahwa Tesla akan jadi perusahaan paling berharga di Bumi," tulisnya.

Baca Juga: Gantikan Elon Musk, Nama Boy Band BTS Masuk Jadi CEO Twitter

Ia juga mendesak karyawan untuk meningkatkan pengiriman pada akhir kuartal ini, setelah pembuat mobil ramah lingkungan tersebut menawarkan diskon untuk kendaraannya di Amerika Serikat dan Cina.

"Silakan bekerja keras selama beberapa hari ke depan dan secara sukarela membantu pengiriman jika memungkinkan. Itu akan membuat perbedaan nyata," katanya.

Berdasarkan data Refinitiv analis memperkirakan Tesla akan mengirimkan 442.452 kendaraan pada kuartal keempat.

Dengan merosotnya harga saham telah merugikan nilai saham yang dimiliki oleh karyawan pembuat EV tersebut.

Baca Juga: Netizen Tak Mau Elon Musk Pimpin Twitter Lagi

Tesla pun menawarkan kompensasi stok untuk sebagian besar karyawan termasuk pekerja pabrik.

Saham perusahaan mengalami rebound pada Rabu, usai merosot 11 persen di sesi sebelumnya, di tengah laporan bahwa Tesla berencana menjalankan pengurangan jadwal produksi di pabrik Shanghai, Cina.

Kabar tersebut tentu memicu kekhawatiran penurunan permintaan di pasar mobil terbesar dunia itu.

Analis Morgan Stanley memangkas target saham mereka menjadi 250 dolar AS (sekitar Rp3,9 juta) dari 330 dolar AS (sekitar Rp5,2 juta).

Ia mengatakan, permintaan yang melebihi pasokan dalam dua tahun terakhir akan terbalik menjadi penawaran yang melebihi permintaan pada 2023.

Editor


Komentar
Banner
Banner