“Kata petugasnya di sana masih bukaan empat. Nah katanya nggak bisa lakukan persalinan di situ karena nggak ada dokter jaga. Jadi disuruh bawa ke RSKD aja,” kata Aprianto, keluarga pasien sekaligus pengemudi, Kamis (23/12).
Lantaran tak ada dokter jaga untuk melakukan persalinan, mereka pun hendak menuju RSKD. Namun baru keluar pintu puskesmas, rupanya air ketuban Samiatun pecah. Petugas pun mengeluarkan kursi roda untuk Samiatun.
“Saya kira dia keluarin kursi roda itu mau dibawa masuk, ternyata malah disorong ke mobil saya. Terus katanya nggak apa-apa ini, masih sempat kok ke rumah sakit,” ungkapnya.
Apri pun mencoba meminta puskesmas untuk membawa Samiatun ke rumah sakit menggunakan ambulans. Namun petugas puskesmas tersebut tak mengabulkannya dan tetap menyarankan pasien ke rumah sakit menggunakan mobil yang dibawa Apri.
“Saya sempat bilang, nggak pakai ambulans aja kah biar cepat. Kata petugasnya pakai mobil aja, masih sempat kok katanya,” tuturnya.
Alhasil Apri pun pergi ke rumah sakit dengan mobilnya. Namun baru saja keluar dari puskesmas, Sumiatun pun akhirnya melahirkan di dalam mobil. Sang bayi dipegang suami Sumiatun, sementara tembuninya masih berada dalam perut sang ibu.
“Baru sekitar 7 menit keluar dari Puskesmas, persis di depan kuburan muslim di Kariangau dekat lapangan golf melahirkan. Jadi saya panik dan buru-buru ke rumah sakit,” ungkapnya.
Beruntung sang bayi dan ibunya selamat dan telah dalam perawatan di Rumah Sakit Kanudjoso Djatiwibowo.
Respons Dinkes di halaman selanjutnya: