bakabar.com, JAKARTA - Kabar miring kembali menerpa rumah tangga selebriti Tanah Air. Kali ini, klarifikasi perceraian datang dari Dodi Hidayatullah, personel Adam Musik.
Dia mengumumkan sudah tak lagi tinggal satu atap dengan istrinya, Auliya Rahmi Fadlilah, sejak pertengahan Juli 2022 lalu. Keduanya baru resmi bercerai lima bulan setelahnya, atau pada 14 Desember.
"Hari ini saya mau menyampaikan bahwa saya sudah SAH berpisah dengan Teh Auliya per hari Rabu tanggal 14 Desember 2022, sudah dikeluarkan putusan Pengadilan Agama mengabulkan gugatan dari Teh Auliya untuk berpisah dengan saya," tulis Dodi melalui akun Instagram pribadinya, dikutip Selasa (20/12).
Lewat unggahan yang sama pula, Dodi menjelaskan panjang lebar soal kabar perpisahannya. Reaksi tak terduga pun bermunculan, termasuk anggapan dirinya 'playing victim.'
Tak sedikit netizen menilainya demikian karena klarifikasi itu terkesan menyindir sang mantan istri.
"Klarifikasi boleh tp jangan sampai menggiring opini ke istrinya dengan embel2 ‘saya sudah berusaha berjuang maksimal’ bilang aja qadarullah itu udah cukup sebagai klarifikasi.. terus ditambah lagi bikin postingan2 story sambil dibingkai kata2 agama namun secara halus rasanya sedang menyindir seseorang (dilihat dr tema2nya seperti istri yang baik ke suami itu harusnya bla bla bla) rasanya kurang bijak," tulis salah seorang netizen bernama Nad*** di kolom komentar.
"Playing victim ni cowo-cowo macem gini. Paling cerai karena lo pengen poligami atau karena selingkuh kan hahaha. Mantan isteri lo deserve better, bukan cuma yg pinter ngaji doang!!,” timpal netizen lainnya, Assyput***.
Apa Itu Playing Victim?
Berbicara tentang playing victim, ini sejatinya merupakan bentuk tindakan manipulatif. Lebih tepatnya, melempar kesalahan yang dilakukan diri sendiri kepada orang lain.
Kondisi ini disebut juga victim mentality, yang berarti sebuah perilaku di mana seseorang merasa sebagai korban. Mereka memiliki keyakinan bahwa orang lain yang membuatnya merasa sengsara.
Biasanya, pelaku playing victim tidak ingin bertanggungjawab atas kesalahan yang diperbuat. Mereka selalu punya alasan untuk menyalahkan orang lain, sehingga bisa menghindari tanggung jawab.
Orang yang playing victim pun seringkali merasa hal buruk terus terjadi. Baginya, tak ada guna mencoba suatu hal karena pada akhirnya akan gagal juga.
Penyebab Playing Victim
Kondisi yang demikian bisa terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya, pernah mengalami trauma di masa lalu.
Pengkhianatan kepercayaan, terutama pengkhianatan yang berulang, juga berpotensi membuat orang menjadi playing victim. Mereka jadi sering merasa seperti korban, bahkan sampai sulit untuk mempercayai siapa pun.
Playing victim juga bisa menjadi bentuk kesengajaan untuk memanipulasi orang lain. Tujuannya tentu beragam, entah itu ingin membuat orang lain bersalah, menarik simpati, atau hal lain sesuai keinginan orang tersebut.
Tanda Playing Victim
Ada beberapa sifat yang menandakan seseorang tengah 'melakoni' playing victim. Utamanya, tidak pernah mencari solusi atas masalah yang dihadapi.
Mereka sebenarnya sadar akan kondisi buruk yang dihadapi. Namun, mereka berpikir bahwa dunia ini memang akan selalu berlaku buruk padanya, sehingga pasrah begitu saja.
Mereka seringkali memberi afeksi negatif pada diri sendiri. Pelaku playing victim seperti menanamkan ungkapan, “segala sesuatu yang terburuk selalu menimpaku”, “aku pantas menerima semua kejahatan ini”, atau “tidak ada yang peduli denganku” pada diri sendiri.
Padahal, tanpa mereka sadari, pemikiran demikian bisa merusak ketahanan mental. Hal ini tentu tak cuma merugikan diri sendiri, melainkan juga orang lain di sekitarnya.