bakabar.com, JAKARTA – Untuk meningkatkan nilai tambah dari produk kelor agar bisa sejajar dengan pangan lain, perlu adanya sentuhan teknologi. Sehingga, menarik untuk disajikan, enak dan ekonomis untuk dikonsumsi.
Diversifikasi pangan dengan memadukan tepung mocaf (Pemanfaatan ubi kayu menjadi tepung ubi kayu termodifikasi) dan kelor menjadi mie mocaf kelor memiliki nilai tambah dan nilai jual bila dibandingkan dengan dijual dalam bentuk mentah. Sehingga, bisa meningkatkan pendapatan petani.
Selain memiliki nilai tambah, olahan mie mocaf kelor, lebih mudah dicampur dengan bahan lainnya. Sehingga tingkat gizinya akan meningkat.
Menurut Lina Novi Ariani, Widyaiswara (Instruktur) Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, UPT dibawah BPPSDMP, adalah telah mengembangkan mie mocaf kelor. Menurutnya, pembuatan mie mocaf kelor sangat mudah.
“Diawali dengan mencampurkan semua adonan kering yaitu tepung mocaf, tepung terigu, tepung tapioka menjadi satu dan diaduk rata,” kata Lina melalui siaran persnya seperti dilansir Republika, Kamis (28/05).
Kemudian masukkan garam, baking soda, telur, lalu aduk rata. Masukkan sari kelor dan aduk hingga kalis. Dilanjutkan dengan pencetakan dan perebusan, maka mie mocaf kelor telah siap dinikmati.
Menurut Lina, mie mocaf kelor sangat diminati oleh konsumen mulai anak kecil hingga orang dewasa. Rasanya yang lezat, berwarna hijau cerah dan teksturnya yang lembut kenyal dapat dinikmati dengan tambahan bahan lainnya menjadi mie ayam, mie kuah ataupun kwetiau ayam.
Bahkan World Health Organization (WHO) menganjurkan bayi dan anak-anak pada masa pertumbuhan mengkonsumsi olahan daun kelor. Karena dalam perbandingan gram, daun kelor mengandung tujuh kali vitamin C pada jeruk, empat kali kalsium pada susu, empat kali vitamin A pada wortel, dua kali protein pada susu, dan tiga kali potasium pada pisang.
"Jadi, mengonsumsi olahan daun kelor memiliki potensi yang sangat baik untuk melengkapi kebutuhan nutrisi dalam tubuh. Dengan mengonsumsi mie mocaf kelor maka keseimbangan nutrisi dalam tubuh akan terpenuhi sehingga orang yang mengonsumsi mie mocaf kelor akan terbantu untuk meningkatkan energi dan ketahanan tubuhnya, apalagi dalam masa pandemi Covid -19,” kata Lina.
Untuk diketahui, kelor atau merunggai (Moringa oleifera) adalah sejenis tumbuhan dari suku Moringaceae. Kelor merupakan tanaman potensial untuk dikembangkan di Indonesia.
Ini karena tanaman kelor bisa tumbuh dengan cepat, berumur panjang, berbunga sepanjang tahun, dan tahan kondisi panas ekstrim. Tanaman kelor, selain dapat dibudidayakan sepanjang tahun, juga memiliki khasiat sebagai obat tradisional dan memiliki nilai tambah dalam mendukung diversifikasi pangan.
Beberapa bagian berbeda digunakan dalam pengobatan tradisional untuk berbagai penyakit seperti rematik, kelumpuhan dan epilepsi. Selain itu ekstrak daun, biji, dan akar dari pohon kelor telah dipelajari secara ekstensif untuk berbagai potensi penggunaan termasuk antiinflamasi, antitumor, antihepatotoksik dan analgesik.
Sementara, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, mengatakan bahwa pangan adalah masalah yang sangat utama.
“Masalah pangan adalah masalah hidup matinya suatu bangsa. Sudah waktunya petani tidak hanya mengerjakan aktivitas on farm, tapi mampu menuju ke off farm, terutama pascapanen dan olahannya. Banyak yang bisa dikerjakan untuk menaikkan nilai pertanian, khususnya pascapanen. Tuntutannya adalah petani harus berinovasi. Buat terobosan agar hadir produk-produk baru,” paparnya.(Rep)
Editor: Aprianoor