bakabar.com, TEMANGGUNG - Hasil penelitian Pusat Jaminan Sosial (PKJS) Universitas Indonesia menyebutkan produk hasil diversifikasi tanaman dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan ekonomi petani tembakau.
"Terlebih untuk produk diversifikasi yang memiliki nilai jual seperti sayur mayur dan kopi," kata peneliti Pusat Kajian Jaminan Sosial (PKJS) Universitas Indonesia (UI), Fadhilah Rizky Ningtyas melalui siaran daring webinar bertajuk Kesejahteraan Petani melalui Diversifikasi Tanam: Studi Kasus Petani Tembakau di Kabupaten Temanggung, Kamis (5/10).
Fadhilah menerangkan selama ini pemahaman petani mengenai diversifikasi dinilainya sudah cukup baik. Alasannya, petani sudah mengenal metode dan jenis komoditi yang cocok untuk ditanam seperti kubis, wortel, tomat, hingga kopi. Adapun metode yang sering digunakan metode tumpang sari.
Baca Juga: Tembakau Rajangan di Kabupaten Temanggung Capai 65 Ribu per Kilogram
Berdasarkan pengamatannya, para petani tembakau juga sudah banyak yang melakukan diversifikasi. Hal itu karena hanya dengan mengandalkan tanaman tembakau di musim kemarau tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Tantangan Diversifikasi
Meski demikian, Fadhilah mengakui, upaya diversifikasi tanam juga masih menghadapi beberapa tantangan. Adapun tantangan yang dimaksud seperti kesulitan air, pupuk, cuaca, pasar, hingga pemilihan benih.
Selain itu, aksesibilitas petani tembakau untuk mendapatkan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) untuk diversifikasi tanam masih minim. Terlebih, alur yang dilakukan petani untuk menerima DCH CHT juga cukup rumit.
"Maka ke depan masih perlu dikembangkan jenis bantuan yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan petani di lapangan," pungkasnya.
Baca Juga: Musim Kemarau Panjang, Harga Tembakau Lembaran di Magelang Naik 2 Ribu
Baca Juga: Musim Kemarau, Petani Tembakau di Magelang Pilih Tanam Palawija
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Temanggung, Joko Budi Nuryanto menegaskan, diversifikasi diperlukan sebagai bagian dari konservasi.
Konservasi dinilai penting untuk mencegah bencana alam mengingat lokasi Kabupaten Temanggung yang berada di kawasan pegunungan dan dataran tinggi.
Ia juga menegaskan, bahwa yang diperlukan petani untuk penanaman tembakau adalah tumpang gilir bukan tumpang sari.
"Tumpang gilir ini setelah panen, baru ditanami jenis baru, bukan ditanam bersamaan," tuturnya.
Baca Juga: Harga Jual Tembakau Rendah, Petani Temanggung Pilih Pola 'Lembutan'
Sebab, ia menilai diversifikasi merupakan trobosan sebagai cara untuk menekan pengeluaran produksi tani. Bukan revolusi menambah pendapatan dengan menanam 2 jenis tanaman secara bersamaan.
"Maka peningkatan kesejahteraan dan perbaikan ekonomi petani akan terjadi secara bertahap," kata Joko.