Tak Berkategori

Disomasi Lantaran Hasil PCR Beda, Klinik Juanson Balikpapan Buka Suara

apahabar.com, BALIKPAPAN – Klinik Juanson yang berada di Kawasan Beje-Beje, Balikpapan Selatan ini buka suara setelah…

Featured-Image
Manajemen Klinik Juanson menjelaskan kepada awak media perihal somasi dari pasiennya itu. Foto-Istimewa

bakabar.com, BALIKPAPAN – Klinik Juanson yang berada di Kawasan Beje-Beje, Balikpapan Selatan ini buka suara setelah disomasi oleh pasien karena hasil tes PCR berbeda dari laboratorium lain.

Seperti diketahui sebelumnya, satu keluarga yang hendak melakukan perjalanan ke Makassar melakukan Tes PCR di Klinik Juanson namun hasilnya positif. Anehnya saat satu keluarga tersebut melakukan tes PCR di klinik yang berbeda keesokan harinya didapati hasilnya negatif.

Keberatan dengan perbedaan hasil tersebut, mereka pun melayangkan somasi melalui kuasa hukumnya kepada Klinik Juanson. Bahkan kejadian ini sempat viral di media sosial lokal maupun nasional.

Meski begitu permasalahan ini disebut-sebut telah selesai. Pihak Klinik Juanson telah mendatangi pasien dan memberikan penjelasan sekaligus edukasi terkait perbedaan hasil laboratorium.

“Iya kami sudah mendatangi rumahnya pasien. Kami beri penjelasan dan edukasi, karena banyak masyarakat yang belum paham kenapa bisa terjadi seperti itu. Pasien sudah paham dan masalah sudah selesai,” kata Pimpinan Klinik Juanson Balikpapan Tze Tomie Ling saat ditemui awak media, Selasa siang (2/11).

Soal adanya rencana gugatan perdata atau permintaan ganti rugi, menurut wanita yang merupakan dokter gigi ini mengatakan pihak keluarga tidak ada menuntut hal tersebut saat manajemen datang ke kediamannya.

“Nggak ada sih, pas kami datang terus kami jelaskan ya mereka sudah paham. Ya semoga aja benar selesai karena sebelumnya kan sempat dilayangkan somasi secara tertulis, ya kami sih berharapnya juga secara tertulis,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, dr Umi Salamah selaku Penanggung Jawab (PJ) Laboratorium Molekuler Klinik Juanson Balikpapan memberikan keterangan tertulis perihal perbedaan hasil tes PCR tersebut.

Dijelaskan bahwa terjadinya perbedaan hasil disebabkan beberapa faktor. Mengacu pada literatur dan pakar bidang molekuler peredaan waktu pengambilan sampel sampai jenis alat yang digunakan dapat mempengaruhi hasil.

Dari sisi laboratorium faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes PCR meliputi fase pra analitik atau sebelum sampel dikerjakan di dalam laboratorium. Fase ini yang memberikan pengaruh paling besar dalam hal adanya perbedaan hasil antar laboratorium.

Di antaranya adalah proses pengambilan sampel, penanganan dan transportasi sampel sebelum sampai di laboratorium, penyimpanan serta pengiriman sampel.

“Namun yang paling krusial adalah waktu saat pengambilan sampel,” tuturnya.

Kemudian fase analitik atau sampel dikerjakan dalam laboratorium, mulai dari proses ekstraksi RNA, pencampuran reagen hingga proses PCR sendiri. “Terakhir adalah fase post analitik, yakni tahapan melakukan interpretasi terhadap hasil dari pemeriksaan PCR hingga diserahkan kepada klien atau pasien,” ungkapnya.

Selain faktor tersebut, adanya keberagaman jenis mesin PCR dan kit reagen PCR yang digunakan pada tiap laboratorium juga dapat menyebabkan adanya perbedaan hasil.

“Hal itu karena masing-masing mesin PCR dan reagen PCR yang digunakan memiliki nilai ambang (cut off) yang berbeda-beda. Oleh karena itu, idealnya jika melakukan tes PCR ulang atau konfirmasi menggunakan mesin dan kit reagen yang sama,” tuturnya.

Wanita berjilbab itu menambahkan, bila perbedaan hasil terjadi dalam masa inkubasi virus yaitu hari ke dua sampai 14 setelah terpapar, kondisi ini disebut sebagai negatif palsu. Itu mungkin terjadi karena jumlah virus yang rendah dan berada di bawah ambang deteksi PCR sehingga memberikan hasil negatif.

“Teknik swab yang kurang tepat pada lokasi swab yang dituju yaitu di nasofaring ataupun di orofaring juga dapat mempengaruhi adanya perbedaan hasil. Hal ini dikarenakan jumlah virus yang menempel di dacron pada saat swab jumlahnya dibawa ambang deteksi,” ucapnya.

Guna menyikapi perbedaan hasil tes PCR ini, sebaiknya tetap melakukan isolasi mandiri terutama bagi yang tidak bergejala klinis sesuai dengan protokol Kesehatan pencegahan Covid-19 yang ditetapkan pemerintah.



Komentar
Banner
Banner