bakabar.com, JAKARTA – Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP Hipmi) Mardani H Maming (MHM) mendukung sikap tegas Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal Sawit.
Orang nomor satu di organisasi pengusaha muda Indonesia itu minta agar Uni Eropa berlaku fair trade atau adil dalam berdagang.
Jokowi sendiri sudah melayangkan protes pada Uni Eropa-ASEAN (EU-ABC) atas diskriminasi kelapa sawit Indonesia saat menerima delegasi Konsil Bisnis Uni Eropa-ASEAN (EU-ABC) di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (28/11).
"Pada prinsipnya, Hipmi mendukung protes Presiden Jokowi ini. Diskriminasi soal sawit memang tidak enak. Industri dan petani kita dirugikan. Harga anjlok," ujar MHM, Sabtu (30/11) siang.
Kemarin, Jokowi mengingatkan delegasi Uni Eropa, bahwa bermitra dengan ASEAN adalah kemitraan yang bermanfaat.
Bisnis dari Uni Eropa juga bukan hal yang asing bagi negara-negara ASEAN. Selama ini, hubungan Indonesia dengan Eropa sudah terjalin baik.
“Namun saya harus mengakui di sisi ekonomi yang kita mengalami batu sandungan, kelapa sawit Indonesia terus menerima diskriminasi dalam hal kebijakan maupun dari perusahaan-perusahaan Eropa,” ungkap Jokowi.
Sejalan dengan Presiden, Hipmi mengingatkan Uni Eropa agar melaksanakan cara-cara berdagang yang adil atau fair trade.
"Kita tidak ingin ada udang di balik batu, dalam setiap kebijakan negara-negara Uni Eropa soal sawit. Perdagangan semestinya ditentukan oleh daya saing produk dan jasa. Bukan akal-akalan politik dagang internasional," pungkas mantan bupati Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, dua periode itu.
Perdagangan yang adil, kata MHM, mesti mengandung azas resIprokal atau timbal-balik.
"Kita kan selama ini tidak nge-baned masuknya produk-produk Eropa. Bebas saja dia masuk. Kita juga tidak bikin susah,” jelas MHM.
“Susah diterima akal sehat bila kemudian sawit Kita dipersulit sedemikian rupa. Kita sudah ikut sertifikasi yang dia buat. Begitu kita penuhi syaratnya, dia buat sertifikasi atau standar-standar baru lagi," pungkas MHM.
MHM juga mendukung program memperkuat pasar domestik, agar pasar alternatif siap menyerap produksi sawit untuk diolah menjadi biodiesel.
"Kita dukung penyerapan CPO dari B-20, B-30, hingga B-100. Sekaligus mengurangi ketergantungan kita akan bahan bakar minyak (BBM) impor yang masih sangat tinggi," papar MHM.
Asal tahu saja, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan penurunan ekspor minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) ke beberapa negara di Eropa.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan penurunan nilai ekspor sawit cukup signifikan di beberapa negara, seperti Inggris sebesar 22 persen dan Belanda 39 persen.
Sementara, negara lain yang mengalami penurunan nilai ekspor minyak kelapa sawit adalah Jerman, Italia, Spanyol, juga Rusia.
“Ini terjadi karena ada negative campaign CPO dan pemerintah sudah mengantisipasi itu dengan membuat beberapa kebijakan,” ujar Suhariyanto di Jakarta.
Editor: Fariz Fadhillah