Bisnis

Dinilai Berperan Besar, Akbar: Satu Pengusaha Sumbang Aset Negara 36 Persen

Kelahiran pengusaha sangat penting, salah satunya dapat meningkatkan aset negara hingga 36 persen.

Featured-Image
Caketum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, Akbar Himawan Buchari. (Foto: Screenshot/Gabid)

bakabar.com, JAKARTA – Calon Ketua Umum (Caketum) Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI) Akbar Himawan Buchari, mengungkapkan pentingnya peranan pengusaha bagi negara.

Ia menyebut dari satu kelahiran pengusaha, menurutnya akan memberikan kontribusi meningkatkan aset negara sebanyak 36 persen. Peningkatan aset yang dimaksud di antaranya meliputi pajak berupa PPn dan PPh yang dibayarkan pengusaha ke negara.

“Aset dalam bentuk pemasukan pajak untuk negara” ungkapnya dalam HIPMI Talk yang disiarkan secara virtual di Universitas Negeri Makasar, Senin (17/10).

Baca Juga: Perkuat Ekosistem Bisnis, HIPMI Luncurkan Creative Hub

Selain itu, pengusaha juga berperan penting dalam menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat. Sehingga persentase tingkat pengangguran di Indonesia bisa menurun.

Termasuk salah satu di antaranya turut membangun bisnis juga bisa menurunkan rasio gini atau tingkat kesenjangan pembagian pendapatan antara si kaya dan si miskin.

“Menjadi pengusaha juga menunjukan adanya kemandirian ekonomi,” kata Caketum BPP HIMPI nomor urut 1 ini.

Karena itu, kata Akbar, kelahiran pengusaha dinilai penting untuk meningkatkan perekonomian negara. Termasuk memperkuat persiapan dalam menghadapi masa gelap di tahun depan.

Baca Juga: Misi Besar Caketum HIPMI Bagas Adhadirgha, Cetak 1 Juta Pengusaha

Dengan jumlah penduduk yang mencapai 200 juta orang lebih, Indonesia perlu mengoptimalkan rasio wirausahawan agar setara dengan negara maju.

“Kita harus berkembang lebih baik lagi dari rasio wirausahawan saat ini, yang baru mencapai 3 persen,” ucap pria yang masih menjabat sebagai Wakil Ketua Umum BPP HIPMI ini.

Jika Indonesia bisa meningkatkan lebih banyak pengusaha, maka tingkat pengangguran yang saat ini 5 persen, bisa ditekan lebih kecil lagi. Sebab, tingkat pengangguran yang rendah, akan menjadi satu langkah awal untuk menyukseskan visi Indonesia emas pada tahun 2045.

“Serta mengoptimalkan bonus demografi pada tahun 2030,” tutupnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner