Tak Berkategori

Dihajar Pandemi, Penjualan Indocement Justru Tembus 12,7 Juta Ton

apahabar.com, KOTABARU – Akibat diterpa pandemi Covid-19, tidak sedikit dunia usaha yang terdampak, bahkan harus gulung…

Featured-Image
Pabrik PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Plant Tarjun. Foto : Istimewa

bakabar.com, KOTABARU – Akibat diterpa pandemi Covid-19, tidak sedikit dunia usaha yang terdampak, bahkan harus gulung tikar.

Meski demikian, salah satu perusahaan produksi semen PT Indocement Tunggal Prakarsa (ITP) justru mampu domestik meningkatkan volume penjualan hingga 12,7 juta ton di triwulan ketiga tahun ini.

Angka volume itu dipastikan lebih tinggi 594,8 ribu ton atau lebih 4,9 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Berdasarkan volume domestik untuk produk semen saja tercatat sebesar 12,0 juta ton, lebih tinggi 328,4 ribu ton atau +2,8% sehingga pangsa pasar perusahaan adalah 25,5 persen untuk triwulan tiga tahun ini.

Sementara volume penjualan perseroan untuk luar Jawa tumbuh lebih 9,2 persen dengan pangsa pasar 15,6 lebih tinggi dari Jawa sebesar lebih dari 0,5 persen dengan pangsa pasar 34,1 persen.

Peningkatan di luar Jawa terutama terjadi di Sulawesi, dengan pertumbuhan volume penjualan sebesar lebih 48,0 dengan pangsa pasar 9,3 persen.

Hal ini didukung oleh pertumbuhan produk bulk dari proyek smelter di Konawe, diikuti oleh pertumbuhan penjualan di kalimantan sebesar lebih 12,7 persen dengan pangsa pasar 21,0 persen, serta Sumatera sebesar lebih 9,5 persen dengan pangsa pasar 13,0 persen.

Dari angka tersebut, membuat pendapatan bersih perseroan meningkat sebesar lebih 4,5 persen menjadi Rp10.608,7 miliar vs. Triwulan 3 tahun 2020 yaitu Rp10.149,6 miliar karena volume penjualan keseluruhan yang lebih tinggi lebih 6,9 persen.

Sementara beban pokok pendapatan meningkat kurang 4,5% dari Rp-6.712,1 miliar, menjadi Rp-7.016,4 miliar. Itu mengikuti pertumbuhan volume penjualan.

Direktur dan Corporate Secretary PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Antonius Marcos, mengatakan perseroan berhasil menekan kenaikan biaya produksi lebih rendah dengan adanya kenaikan volume penjualan, meskipun harga batu bara yang lebih tinggi.

Hal itu disebabkan oleh upaya terus menerus untuk meningkatkan bahan bakar alternatif dan batu bara dengan nilai kalori rendah (LCV), serta pengoperasian kiln yang paling efisien, biaya distribusi yang lebih rendah serta efisiensi di biaya penjualan dan administrasi.

Dia mengatakan tingkat komposisi bahan bakar alternatif di triwulan tiga, meningkat menjadi 11,8 persen dari setahun penuh 2020 yaitu sebesar 9,3 persen, dan tingkat penggunaan batubara LCV berada pada 88 persen pada triwulan tiga 2021 dari setahun penuh 2020 yaitu sebesar 80 persen.

Untuk persentase margin laba kotor dipertahankan pada 33,9 persen dengan kenaikan nilai rupiah sebesar lebih 4,5 persen dari Rp3.437,5 miliar menjadi Rp3.592,3 miliar. Sehingga, marjin pendapatan operasional meningkat 230bps dari 11,0 persen menjadi 13,3 persen dan marjin EBITDA meningkat 250bps dari 19,8 persen menjadi 22,3 persen.

Perseroan mencatat pendapatan keuangan yang lebih rendah-Bersih sebesar -52,0 persen dari Rp235,2 miliar di Triwulan III/2020 menjadi Rp112,8 miliar yang disebabkan oleh kenaikan suku bunga yang lebih rendah dari penurunan suku bunga progresif oleh Bank Indonesia sejak tahun lalu.

Laba Periode Berjalan meningkat lebih 8,2 persen menjadi Rp1.208,3 miliar di Triwulan III/2021 vs. Rp1.116,7 miliar dari periode yang sama tahun lalu.

Neraca Keuangan yang tangguh perseroan membukukan posisi kas bersih dengan kas dan setara kas menjadi Rp6,8 triliun per 30 September 2021.

Arus kas yang kuat yang dihasilkan dari operasi dan upaya manajemen yang gigih untuk meningkatkan modal kerja sebagai kunci untuk mempertahankan neraca perseroan yang tangguh.

Total pembayaran dividen untuk tahun 2020 adalah Rp725/saham dengan dividen interim yang dibagikan pada Desember 2020 sebesar Rp225/saham dan dari rapat umum pemegang saham tahunan Juli 2021 sebesar Rp500/saham yang dibagikan pada Agustus 2021.

Dengan posisi neraca keuangan yang kuat dan tidak adanya hutang bank, Indocement tetap tangguh selama masa pemulihan ekonomi saat ini dan dari kondisi kelebihan pasokan industri semen yang berkelanjutan, termasuk partisipasi dalam kemungkinan konsolidasi industri semen di masa depan.

“Pemulihan sendiri lebih kuat yang berlanjut setelah gelombang besar pandemi Covid-19 pada bulan Juli. Tentu, kami mengapresiasi langkah pemerintah yang berhasil mengendalikan penyebaran Covid-19 dengan disertai tingkat vaksinasi yang lebih tinggi. Sebagai akibatnya, kami telah melihat pemulihan ekonomi yang progresif seiring dengan langkah pemerintah secara bertahap melonggarkan pembatasan,” ujar Antonius dalam siaran pers, Kamis (11/11)

Hal tersebut, menurutnya, tentu berdampak positif pada kegiatan konstruksi selain pengeluaran anggaran akhir tahun untuk proyek infrastruktur, dan komersial.

"Termasuk beberapa manfaat insentif untuk sektor perumahan (PPN atas rumah baru, suku bunga yang lebih rendah, dan relaksasi LTV/FTV), namun faktor terkait cuaca perlu dicermati karena akan lebih banyak curah hujan dari datangnya La Nina,” tandasnya.



Komentar
Banner
Banner