Semburan Api Di Rest Area

Diduga Akibat Gas Biogenik, Semburan Api di Tol Cipali Belum Padam

Badan Geologi Kementerian ESDM telah melakukan analisis geologi terkait fenomena semburan gas disertai api di Rest Area KM 86B Tol Cipali, Jawa Barat.

Featured-Image
Semburan gas disertai api muncul di area peristirahatan KM 86B Tol Cikampek-Palimanan di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Foto: Badan Geologi

bakabar.com, JAKARTABadan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah melakukan analisis geologi terkait fenomena semburan gas disertai api di area peristirahatan KM 86B Tol Cikampek-Palimanan (Cipali) di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Hasilnya, semburan diduga berasal dari gas biogenik formasi Cisubuh berumur pliocene sampai pleistocene.

"Semburan gas pada lokasi rest area KM 86B kemungkinan besar berasal dari gas biogenik Formasi Cisubuh berumur pliocene sampai pleistocene," demikian keterangan resmi Badan Geologi yang diterima di Jakarta, dikutip Sabtu (29/4).

Semburan api itu berasal dari sumur bor artesis yang digunakan sebagai sumur air tanah dengan kedalaman antara 40 sampai 100 meter. Bahkan, kawasan itu berada dekat dalam radius dua kilometer dengan sumur eksplorasi gas aktif Pertamina EP.

"Lokasi sumur juga termasuk ke dalam Peta Geologi Lembar Pamanukan, Jawa Barat," ujarnya.

Baca Juga: Semburan Api di Tol Cipali Diduga Berasal dari Gas Biogenik

Kajian geologi

Secara geologi, lokasi sumur berada pada satuan batuan alluvium asal vulkanik batu pasir tuffaan dan konglomerat yang berumur kuarter. Adapun batuan penyusun di bawah satuan lapisan aluvial tersebut, mengacu pada Peta Geologi Lembar Bandung adalah Formasi Citalang berumur pliosen atas, Formasi Kaliwangu berumur pliosen bawah, dan Formasi Subang berumur miosen akhir.

Satuan batuan tersebut tersingkap di daerah Subang dan sekitarnya dan menerus di bawah permukaan hingga lokasi sumur berada. Pada sekitar lokasi semburan terdapat sumur PSJ-P1 dan PJN-P1 dengan kedalaman maksimal 1.076 meter untuk sumur PJN-P1.

Sumur PJN-P1 sampai dengan kedalaman 860 meter terdapat zona yang memiliki potensi sebagai penghasil dan penyimpan gas. Formasi itu diinterpretasikan sebagai Formasi Cisubuh yang berumur Pliosen hingga pleistosen.

Lokasi semburan berada pada antiklin berarah relatif barat sampai timur yang termasuk dalam Lapangan Pasirjadi. Sumur berada di puncak antiklin yang cukup besar dan ditutupi oleh lapisan aluvial vulkanik yang cukup tipis sekitar 200 meter.

Baca Juga: Semburan Api Rest Area Tol Cipali, Jubir: Bukan dari Pipa Pertamina

Karakteristik puncak antiklin merupakan zona lemah dan umumnya mengalami peretakan maupun perekahan, sehingga memungkinkan gas biogenik maupun termogenik dari formasi di bawahnya (Formasi Cisubuh) untuk dapat menyusup keluar.

Gas bionik

Formasi Cisubuh dan formasi di bawahnya memiliki zona-zona bright spot yang berpotensi mengandung gas biogenik maupun termogenik yang memiliki tekanan yang dapat berpotensi menyemburkan gas bila kestabilan batuan penutupnya (endapan kuarter dan vulkanik) terganggu, baik oleh faktor alami maupun aktivitas manusia.

Batuan kuarter dan vulkanik yang dapat menahan keluarnya gas pada daerah semburan relatif tipis sekitar 200 meter dan rentan terhadap potensi semburan.

Badan Geologi akan mengambil sampel gas untuk menentukan karakteristik gas tersebut agar bisa menentukan sumber gasnya. Hal ini perlu dilakukan terkait dengan durasi dan besarnya semburan gas yang diperlukan untuk penanganan semburan serta antisipasi resiko di kemudian hari.

Baca Juga: Catat! ASTRA Tol Terapkan Diskon Tarif di Tol Cipali untuk Arus Balik

Selain itu, pemetaan potensi gas biogenik di wilayah utara Jawa Barat terkait dengan risiko kebencanaan pengeboran sumur air dan aktivitas lainnya, serta pemanfaatan gas biogenik untuk kepentingan masyarakat secara lebih luas.

Badan Geologi menyarankan agar dilakukan pengamanan lokasi sampai semburan itu berhenti atau termitigasi secara teknik.

Mitigasi terkait semburan gas juga perlu dilakukan dengan fasilitas standar yang memadai baik berupa pembuatan flare maupun plugging dan sementing sesuai dengan kondisi teknis yang terbaik.

Belum padam

Semburan api - bakabar.com
Fenomena semburan api terjadi di Rest Area KM 86 B Tol Cipali, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Foto: Humas Polda Jawa Barat.

Kepolisian Resor Subang menjelaskan fenomena semburan api yang terjadi di Rest Area KM 86 B Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) di wilayah Kabupaten Subang, Jawa Barat, hingga Jumat (28/4) masih belum padam.

Baca Juga: Sesuai Jadwal, Satu Arah Tol Cipali hingga Kalikangkung Dihentikan

Adapun semburan api itu muncul dari sumur air di kawasan tempat parkir kendaraan rest area tersebut. Fenomena itu muncul pertama kali pada Rabu (26/4) sekitar pukul 08.30 WIB.

"Belum padam," kata Kapolres Subang AKBP Sumarni saat dihubungi di Bandung, Jawa Barat, Jumat (28/4).

Sumarni menegaskan, pihaknya bersama dinas terkait hingga pihak Pertamina telah berupaya untuk melakukan penanggulangan semburan api di sumur air rest area tersebut dengan mempertimbangkan resiko terkecil.

Menurut dia penanganan awal yang sudah dilakukan yakni evakuasi warga yang berada di dalam rest area, penutupan rest area KM 86B, hingga pemasangan garis polisi di seputar area semburan api.

Baca Juga: Sempat Mengambang, Menteri ESDM Umumkan Nasib Izin Ekspor Tembaga Freeport

Di samping itu, tim tenaga kesehatan juga sudah berjaga di lokasi guna mengantisipasi kedaruratan keperluan medis selama upaya pemadaman semburan api itu. Berdasarkan hasil rapat bersama tim terpadu, ujarnya penanggulangan fenomena itu akan dilakukan menggunakan metode capping di area semburan api.

"Dengan mengalirkan gas dari sumur air melalui pipa-pipa yang sedang didesain oleh tim ahli dan teknis dari Pertamina EP. Tim lainnya membantu pelaksanaan eksekusi pekerjaan," kata Sumarni.

Sebelumnya, Direktorat Lalu Lintas Polda Jawa Barat pun telah menutup sementara Rest Area KM 86 Tol Cipali itu demi keamanan masyarakat. Polisi pun memastikan adanya fenomena itu tidak mengganggu kelancaran arus balik Lebaran 2023.

Jamak terjadi

Pengelola Tol Cipali pasang pagar perisai atasi area terdampak semburan api di KM 86. Foto: Astra Tol Cipali
Pengelola Tol Cipali pasang pagar perisai atasi area terdampak semburan api di KM 86. Foto: Astra Tol Cipali

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan fenomena semburan api yang terjadi di Rest Area KM 86 Tol Cikopo-Palimanan (Cipali), Kabupaten Subang, Jawa Barat, merupakan fenomena yang umum terjadi.

Baca Juga: Antisipasi Bencana Geologi, Posko Sektor ESDM: Kami Terus Berkoordinasi

Penyelidik Bumi dari Pusar Survei Geologi (PSG) Badan Geologi Iwan Sukma menjelaskan fenomena itu bukan disebabkan oleh adanya kebocoran pipa gas, tapi karena Jawa Barat bagian utara merupakan wilayah produksi minyak yang cukup besar.

"Fenomena yang terjadi ini dugaan sementara penyebabnya adalah bukan dari pipa Pertamina melainkan karena adanya kebocoran atau rembesan gas yang ke luar dari permukaan di daerah ini," kata Iwan dalam keterangannya di Bandung, Jawa Barat, Kamis.

Pihaknya pun bakal mengambil sampel gas dari area semburan api tersebut untuk mengetahui jenis gas yang muncul apabila situasi telah memungkinkan. Dia menjelaskan ada dua jenis gas yang diduga menjadi penyebab semburan api itu, yakni gas biogenic atau thermogenic.

"Penyebab terjadinya kebocoran gas ini sendiri belum bisa dipastikan karena harus diselidiki lebih lanjut penyebab berkurangnya tekanan," kata dia.

Baca Juga: Stok BBM, Posko Nasional ESDM: Aman untuk Periode Arus Balik Lebaran

Senada, fungsional Penyelidik Bumi PATGTL Badan Geologi Wahyudin menegaskan, pihaknya akan menganalisis pengaturan terkait pembuatan sumur bor. Karena, kata dia, semburan api itu diduga berasal dari sumur bor untuk pengambilan air yang memiliki kedalaman 100 meter.

Dengan adanya fenomena itu, menurutnya pihaknya pun bakal lebih selektif untuk memberikan izin terhadap pengguna air tanah. Karena industri di Jawa Barat wilayah utara pun banyak yang memanfaatkan air tanah.

"Ke depannya akan jadi masukan untuk Badan Geologi untuk melokalisir wilayah yang kemungkinan ada semburan gas untuk memberi perizinan air tanah," kata Wahyudin.

Editor
Komentar
Banner
Banner