bakabar.com, PALANGKA RAYA – Ditandai dengan peletakan batu pertama, renovasi Bundaran Besar Palangka Raya dimulai.
Pemprov Kalteng pun telah mengalokasikan anggaran Rp 96,8 miliar untuk renovasi Bundaran Besar Palangka Raya, dengan jangka waktu pengerjaan 540 hari.
Gubernur Kalteng, H Sugianto Sabran telah meletakan batu pertama tanda dimulainya proyek besar itu, Sabtu (17/9) pagi.
Bundaran Besar Palangka Raya ini memiliki luas tapak sekitar 1,75 Hektar, dengan kondisi tapak berada di tengah kota dan menjadi titik pertemuan persimpangan dari enam jalan protokol, yaitu Jalan Yos Sudarso, Jalan Kinibalu, Jalan Tjilik Riwut, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Imam Bonjol dan Jalan DI Panjaitan.
Dalam sambutannya Sugianto Sabran mengatakan bahwa kawasan Bundaran Besar adalah kawasan embrio Kota Palangka Raya yang dirancang dengan konsep simetri dan Pancasila yang menjadi cermin kawasan sejarah berdirinya Kota Palangka Raya.
"Dengan renovasi ini, diharapkan akan muncul ikon baru pada kawasan Bundaran Besar yang lebih modern dan mengikuti perkembangan zaman tanpa menghilangkan nilai-nilai lokal khas Kalimantan Tengah," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kalteng Shalahuddin mengatakan bahwa tujuan renovasi Bundaran Besar Palangka Raya ini adalah untuk menata dan pengembangan kawasan publik serta untuk memenuhi kebutuhan akan bangunan modern dengan fasilitas pendukung pembangunan bersejarah yang memadai, sehingga kebutuhan akan ruang publik dan fasilitas umum dapat tertata dan terwujud dengan baik.
"Pembangunan ini akan berupa iconic modern dengan tambahan antara lain bangunan manara Talawang, bangunan museum dan biorama, amphitheater (tempat duduk menonton pertunjukan), air kolam serta taman untuk penghijauan kota tanpa merubah eksisting tugu Bundaran yang sudah ada," tandasnya.
Berdasarkan sejarahnya, Bundaran Besar di Kota Palangka Raya Bundaran Besar yang dibangun pada tahun 1957-1959 memiliki desain unik dan kaya makna.
Di kawasan sekitar Bundaran Besar Kota Palangka Raya terdapat monumen dengan komposisi patung tentara, perempuan dan lelaki sipil, naga dan burung Enggang, yang memiliki 8 jari-jari menyilang berukuran 2 X 45 meter, jari-jari lingkar monumen berukuran 17 Meter.
Konsep tersebut jelas menggambarkan Bundaran Besar merupakan simbolisasi Tanggal, Bulan dan Tahun kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
Delapan jalan menyilang tersebut juga memiliki dua makna yaitu menyimbolkan posisi Kota Palangkaraya pada persimpangan delapan rumpun kepulauan yakni Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku, Kalimantan, Nusa Tenggara dan Irian Jaya, dan juga simbolisasi delapan sungai besar di Kalimantan Tengah yaitu Barito, Kapuas, Katingan, Mentaya, Seruyan, Kahayan, Arut dan Lamandau.