bakabar.com, JAKARTA - Tanggal 14 Maret diperingati sebagai Hari Matematika Internasional. Peringatan ini boleh dibilang masih tergolong baru, di mana kali pertama dicetuskan pada 2020 lalu.
Meski baru dirayakan tiga tahun belakangan, gagasan mengenai Hari Matematika Internasional sejatinya sudah digodok sejak 1988. Gebrakan ini berangkat dari pemikiran seorang ilmuwan di San Francisco Exploratorium.
Ketika itu, dirinya mencanangkan Hari Pi. Pi sendiri adalah konstanta yang setara dengan 3,14. Angka itu lantas dijadikan dasar penetapan waktu perayaan yang juga disebut Pi Day, di mana dalam penulisan tanggal Amerika menjadi (3/14).
Selang tiga dekade kemudian, atau pada November 2019, UNESCO membawa gagasan yang demikian ke meja Konferensi Umum. Hasilnya, 14 Maret ditetapkan sebagai International Day of Mathematics (IDM).
UNESCO berharap peringatan ini mampu meningkatkan pemahaman publik perihal pentingnya penggunaan matematika dalam perkembangan umat manusia. Selain itu, juga memperlihatkan peran matematika dalam tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Mereka yang ‘Akrab’ dengan Matematika
Sebagaimana dijelaskan UNESCO, matematika memang berperan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Sayangnya, tidak sedikit yang menganggap ilmu ini menyulitkan, bahkan sampai dicap sebagai pelajaran yang paling dibenci siswa.
Bukan klaim belaka, hal itu terbukti melalui Survei Pandangan Siswa/i tentang Sekolah, Guru, dan Orang Tua (2014). Riset tersebut menunjukkan bahwa matematika menempati peringkat ketiga dalam kategori pelajaran yang paling dibenci siswa.
Kendati demikian, tak sedikit pula pelajar Indonesia yang justru punya prestasi mentereng di bidang matematika. Misalnya saja, Caesar Archangel Hendrik Meo Tnunay alias Nono, yang sukses menyabet juara satu di kompetisi sempoa dunia.
Bocah yang baru berusia tujuh tahun itu mengalahkan 7.000 peserta dalam ajang International Abacus World Competition 2022. Nono pun diganjar hadiah berupa piala, sertifikat, serta uang tunai sebesar 200 Dollar AS.
Apresiasi terus mengalir untuk bocah asal Nusa Tenggara Timur (NTT) itu. Sebut saja, PT Astra yang menghadiahkan mobil, Nadiem Makarim yang memberi laptop, sampai Raffi Ahmad yang mempertemukannya dengan Jerome Polin.
Jerome Polin sendiri merupakan seorang influencer yang terkenal jago di bidang matematika. Dia mendapat beasiswa Mitsui Bussan untuk belajar di Universitas Waseda Jepang jurusan matematika.
Kecintaan terhadap matematika itu membuatnya sering mengadakan sesi tanya jawab di akun Instagram pribadi. Malah, Jerome bersama sang kakak, Marohan Sijabat, juga membuat Line Math Q n A yang berisi tentang pelajaran matematika.