bakabar.com, JAKARTA - Pedagang asongan asal Majalengka, Abas tampak sibuk melayani sejumlah demonstran buruh yang turun ke jalan di Kawasan Patung Kuda Monas, Jakarta Pusat, Senin (1/5).
Sejak pagi, ia mengaku dagangannya laku keras saat massa buruh mulai memadati kawasan Patung Kuda sejak pukul 09.00 WIB.
"Alhamdulilah, kalau pas ada demo gini rezeki nomplok, hari ini Alhamdulilah, 30 botol minuman ada," ujarnya.
Baca Juga: Massa Buruh 'Pecah', Geruduk DPR dan Bertahan di Patung Kuda
Abas semula berjualan keliling di kawasan Gambir hingga Menteng, Jakarta Pusat. Jika hari biasa ia sehari berjualan, omzetnya tidak menentu.
"Kalau hari biasa, nggak ada demo gini, nggak tentu mas, kadang Rp100 ribu, malah kurang kadang," imbuhnya.
Sudah dua tahun ia merantau di Jakarta dengan berdagang asongan. Ia lebih memilih tinggal merantau ke Jakarta lantaran tidak ada pekerjaan yang bisa ia lakukan di kampung halamannya.
"Kalau di kampung bingung kerja apaan, mending disini, dikit-dikit ada," tambah Abas.
Baca Juga: Unik, Peringatan Hari Buruh di Jakut Ada Donor Darah hingga Undian Doorprize
Bernasib sama dengan Abas, Heri pedagang kopi keliling asal Madura juga memperoleh pendapatan melonjak di tengah puluhan ribuan buruh yang melakukan aksi May Day di Patung Kuda, Jakarta Pusat.
Ia bahkan sering mencari informasi titik-titik aksi jika ada demo di kawasan Monas dan sekitarnya.
"Kalau ada demo dimana aja, saya samperin mas, lumayan kalau demo, yang beli banya," kata Heri.
Di hari biasa jika tidak ada titik keramaian seperti aksi demo, ia mendapatkan penghasilan rata-rata Rp 100 ribu hingga Rp150 ribu.
Baca Juga: Menuju Titik Terakhir Aksi, Buruh Bergerak ke Istora Senayan
"Kalau pas demo rame gini, 400 sampai 500 bisa dapet lah, abis ini mau ke gedung DPR, rame juga disana," imbuh dia.
Ia sendiri mengontrak di kawasan Kwitang bersama ketiga temannya selama hampir lima tahun. Ia berjualan kopi keliling dengan mengayuh sepeda di sekitar Jakarta Pusat.
"Setiap keliling secapeknya, yang penting sehat," katanya.
Abas dan Heri merupakan sedikit dari sekian banyak pekerja informal bekerja tanpa perlindungan. Penghasilan mereka yang tak menentu tergerus oleh inflasi akibat kenaikan harga kebutuhan pokok yang memperberat memenuhi kebutuhan primernya.
"Yang penting bisa buat makan sehari-hari sudah cukup," pungkasnya.