bakabar.com, JAKARTA - Kebijakan suku bunga tinggi semakin mendekati puncaknya. Tren tersebut diproyeksi berdampak pada pasar obligasi korporasi di Indonesia.
Senior Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto mengatakan nantinya persepsi risiko pasar akan membaik pada semester II/2023.
"Untuk saat ini, kebijakan moneter masih fokus kepada stabilitas, sampai dengan adanya kepastian mengenai arah suku bunga di AS," kata Rully dalam keterangan resminya, dikutip Jumat (14/4).
Baca Juga: Tok! Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Level 5,75 Persen
Menurutnya, obligasi tenor menengah hingga panjang cenderung lebih aman daripada obligasi lainnya. Alasannya, potensi fluktuasi pasar masih cukup besar mengingat ketidakpastian ekonomi global juga tetap tinggi.
"Karena itu, guna menghindari risiko gejolak pasar pada obligasi tenor pendek, kami menyarankan berinvestasi pada tenor menengah hingga panjang atau artinya di atas 3 tahun," imbuhnya.
Rully memprediksi 2023 sebagai tahunnya investasi obligasi menyusul berakhirnya siklus pengetatan moneter di dalam negeri.
Baca Juga: Proyeksi Suku Bunga 2024 Turun, Indef: Optimisme Buat Pengusaha
Sementara itu, di luar negeri, khususnya AS, siklus pengetatan moneter kemungkinan berakhir pada semester I-2023.
"Kuatnya kondisi fundamental makroekonomi dan perbankan juga tingkat imbal hasil yang kompetitif menjadi faktor daya tarik pasar obligasi di Indonesia," pungkas Rully.
Senada, Head of Fixed Income Mirae Aset Indonesia Nita Amalia menilai investasi obligasi khususnya obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) cukup menarik.
"Kami menilai investasi pada obligasi tenor menengah-panjang cukup menarik saat ini agar dapat memanfaatkan momentum harga yang masih menarik di tengah suku bunga yang masih tinggi," ujar Nita.
Baca Juga: Tantangan Global, Indef Prediksi BI Turunkan Suku Bunga pada 2024
Di sisi lain, Nita menilai obligasi bertenor pendek masih cenderung fluktuatif mengingat prospek ekonomi global yang penuh dengan ketidakpastian.
Sejak awal tahun 2023, return obligasi juga masih positif terutama seiring dengan semakin tingginya kepercayaan investor asing pada efek utang pemerintah Indonesia.
"Dengan kupon pada mayoritas obligasi yang menjadi instrumen investasi retail menggunakan skema suku bunga tetap atau fixed rate," kata Nita.
maka investor tidak perlu khawatir terhadap arus kasnya karena keuntungan bunga atau bagi hasil obligasi akan dibagikan secara berkala.