bakabar.com, BANJARMASIN – Geliat ekspor batu bara di Kalimantan Selatan awal tahun ini mengalami pasang surut.
Melihat data Dinas Perdagangan Provinsi Kalsel, nilai ekspor produk tambang pada Januari 2022 mencapai 337.201.398 USD.
Jika dibandingkan pada satu bulan sebelumnya, angka di atas menurun hingga 51,73 persen. Sebab, nilai ekspor tambang per Desember 2021 berhasil tembus 698.561.735 USD.
Meski demikian, geliat ekspor emas hitam di Bumi Lambung Mangkurat pada periode Februari-Maret ini diyakini akan kembali meningkat.
Kondisi tersebut seiring dengan perang antara Rusia dengan Ukraina yang sampai sekarang masih terjadi.
"Nilai ekspor batu bara bulan Februari akan naik dibanding Januari. Itu juga akan terjadi pada Maret ini," kata Kepala Dinas Perdagangan Kalsel, Birhasani kepada bakabar.com, Minggu (6/3).
Seperti diketahui, Rusia memang merupakan eksportir gas terbesar dengan tujuan negara-negara Eropa.
Namun usai melakukan invasi ke Ukraina, banyak yang meyakini bakal terjadi boikot besar-besaran terhadap produk asal Negeri Beruang Putih.
Hal itu, kata Birhasani, tentu membuat negara-negara Eropa maupun Amerika akan mencari energi alternatif untuk menggantikan gas.
"Batu bara akan menjadi alternatif utama untuk terus bisa menggerakkan mesin-mesin industri mereka, karena itu ekspor batu bara Indonesia, termasuk Kalsel punya peluang besar terhadap peningkatan volume maupun nilai ekspornya," bebernya.
Perang Rusia-Ukraina Tak Jadi Faktor Utama
Pakar Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Prof Muhammad Handry Imansyah berpandangan memang harga batu bara akan ikut terkerek.
Kondisi tersebut akibat naiknya harga minyak dan gas. Sebab, batu bara merupakan sumber energi pengganti dari minyak dan gas.
"Jadi bila harga minyak dan gas naik, otomatis batu bara akan ikut naik," paparnya saat dihubungi bakabar.com, Minggu (6/3).
Perang Rusia dengan Ukraina, diakui guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis ULM ini juga berdampak pada naiknya harga energi.
Pasalnya, Rusia merupakan salah satu penghasil minyak dan gas terbesar di dunia.
Ekspor Rusia, menurutnya, mungkin akan terganggu sehingga pasokan minyak dunia mengecil. Otomatis harga akan naik.
"Jadi ekspor batu bara Kalsel akan meningkat. Kenaikan bisa bersumber dari nilainya karena harga naik, bisa juga karena volumenya atau kuantitasnya," ujarnya.
"Meski sejatinya sebelum perang, sudah mulai merangkak naik karena pemulihan ekonomi dunia pascapandemi," tutup Prof Handry.