News

Curi Momen, Dirut Pertamina Berencana Beli Minyak Mentah dari Rusia

apahabar.com, JAKARTA – Ditengah konflik dengan Ukraina dan serangan sanksi negara Barat, Rusia berpotensi menjual minyak…

Featured-Image
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati. Foto-Net.

bakabar.com, JAKARTA – Ditengah konflik dengan Ukraina dan serangan sanksi negara Barat, Rusia berpotensi menjual minyak mentahnya dengan harga murah. Melihat celah itu, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati pun berencana menggunakan dengan baik kesempatan tersebut.

“Di saat harga sekarang situasi geopolitik, kami melihat ada opportunity untuk membeli dari Rusia dengan harga yang baik,” ungkap Nicke dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama komisi VI DPR, dilansir CNN Indonesia.

Ia mengatakan pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan Bank Indonesia (BI).

“Untuk masalah ini, secara politik tidak ada masalah sepanjang perusahaan yang kami deal ini tidak terkena sanksi,” ucap Nicke.

Nantinya, Pertamina akan membeli minyak dari Rusia secara business to business (B to B). Kemudian, minyak mentah tersebut akan diolah di Kilang Balongan.

Namun, pembelian minyak masih menunggu revamping Kilang Balongan yang ditargetkan rampung pada Mei 2022. Kini, Kilang Balongan hanya dapat menerima minyak mentah dengan tingkat sulfur rendah seperti yang diproduksi Saudi Aramco.

“Dengan revamping ini, salah satunya yang selesai Mei 2022 Kilang Balongan, maka Balongan lebih terbuka, lebih fleksibel untuk menggunakan jenis crude apapun,” jelas Nicke.

Sebagai informasi, harga minyak mentah melonjak tajam dalam sebulan terakhir sejak perang Rusia-Ukraina. Saat ini, harga minyak mentah sudah tembus US$100 per barel.

Sebelumnya, harga minyak stabil di bawah level US$100 per barel.

Mengutip Antara, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei minus 6,8 persen menjadi US$112,48 per barel.

Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April merosot 7 persen menjadi US$105,96 per barel.



Komentar
Banner
Banner