Sempat Dianggap Kristenisasi
Nilai jual Rp 2.000, tentu tidak sebanding dengan porsi dan lauk yang dijual. Namun ini merupakan cara tersendiri agar kelompok WKRI bisa berbagi tanpa menyinggung.
"Dari dulu sudah dijual, karena orang punya harga diri, takutnya kalau diberi tersinggung," ujarnya.
"Bahkan di media sosial disalahgunakan ada isu kristenisasi macam-macam, jadi kami menghindari itu," jelasnya.
Baca Juga: Takut Melanggar Aturan, Honor 23 Ribu Guru Ngaji di Jember Terancam Tertunda
Setiap hari, Warung Kasih WKRI menyediakan 200 porsi. Tiap pembeli dibatasi 10 bungkus untuk menghindari dijual kembali.
"Karena tahun lalu kejadian ada yang dijual lagi," ujarnya.
Momentum buka puasa, dipilih karena nasi yang dibeli pasti akan dimakan bersama di waktu itu juga. Bahkan, Elly belum lama ini sempat penasaran dan bertanya kepada salah satu pembeli yang memborong 5 bungkus sekaligus.
"Ternyata buat anaknya 3 dan istrinya di rumah, padahal rumahnya Mumbulsari, jauh sekali," ujarnya.
Sumber Dana
Untuk sumber dana, tim WKRI iuran pribadi hingga menggalang donasi dari berbagai pihak. Tidak hanya umat Katolik, umat Kristen, Hindu, Budha dan Islam juga ada yang menyumbang untuk warung kasih tersebut.
"Dan itu lintas agama. Jadi mengasihi sesama manusia, tidak pandang bendera apa agamanya," ujarnya.
Baca Juga: Motif Pembunuhan Sadis di Jember Terungkap: Naik Motor Kencang hingga Goda Istri Jadi Pemicu
WKRI juga punya tim memasak setiap harinya. Para Ibu-ibu ini mulai memasak pukul 11.00 WIB. Masing-masing bagi tugas, ada yang bagian nasi, sayur dan lauk.
"Lanjut mulai membungkus jam setengah 4 sore, jam 5 buka," ujarnya.
Warung ini buka mulai Senin sampai Kamis, sepanjang bulan Ramadan. Selebihnya, Jumat, Sabtu dan Minggu libur untuk kegiatan keagamaan di Gereja.
"Karena kalau Minggu kita ada ibadah di Gereja," katanya.
Lima Tahun Terakhir jadi Pelanggan
Slamet (67) salah satu pembeli nasi bungkus mengaku sangat terbantu dengan kondisi pekerjaannya saat ini. Sebagai juru parkir, ia sudah 5 tahun terakhir selalu membeli nasi bungkus untuk buka puasa di warung kasih.
"Buat orang orang seperti saya, seperti tukang parkir sangat terbantu. Umumnya harga nasi 10 ribu, ini 2.000," kata Slamet kepada bakabar.com.
Baca Juga: Tiket Kereta Angkutan Lebaran Idul Fitri, Daop 9 Jember Tersisa 57 Persen
Kali ini Slamet membeli 3 bungkus nasi, dua bungkus lainnya ia berikan untuk kawan kerjanya sesama juru parkir.
"Saya jaga parkir di di Jl Diponegoro. Zaman sekarang, kita cari duit dapat Rp30 ribu untung. Kalau tidak ngirit-ngirit mana cukup," katanya