News

CSIS Sebut Pemerintah Berikan Subsidi Energi di Tengah Transisi EBT Kurang Tepat  

apahabar.com, JAKARTA – Centre for Srategic and International Studies (CSIS) mempertanyakan kebijakan pemerintah dengan memberikan banyak…

Featured-Image
Ilustrasi subsidi pertalite. Foto: Suara.com

bakabar.com, JAKARTA – Centre for Srategic and International Studies (CSIS) mempertanyakan kebijakan pemerintah dengan memberikan banyak subsidi minyak dan energi di tengah transisi menuju energi bersih. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki target energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025.

Direktur Eksekutif CSIS Yose Rizal Damuri menjelaskan saat ini sumber energi bersih Indonesia hanya sekitar 12 sampai 13 persen dari seluruh bauran energi yang ada. Dengan kondisi tersebut, dia pesimis kenaikan 10 persen dapat tercapai. Terutama karena sumber EBT sifatnya tidak murah dan masih memerlukan waktu.

"Kita patut mempertanyakan juga, apakah niat pemerintah mengoptimalisasi atau juga membangun sumber energi bersih ini ada dasarnya atau tidak," ungkapnya dalam media briefing Membedah Arah dan Strategi Kebijakan Ekonomi Indonesia secara daring, Senin (22/8).

Dia menambahkan kelebihan pasokan energi terutama untuk listrik, membuat upaya untuk penambahan energi listrik yang datang dari energi baru terbarukan menjadi terkendala. Selain itu, subsidi bahan bakar minyak yang diberikan pemerintah, menurutnya jatuh kepada energi fosil yang bukan termasuk bagian dari energi baru terbarukan.

Walaupun begitu, menurutnya optimalisasi sumber energi baru terbarukan dan ekonomi hijau tetap menjadi penting. Oleh karena itu, pengembangan energi bersih ke depannya akan sangat diperlukan.

"Ini tentunya memerlukan pertimbangan lainnya, selain itu juga kita masih melihat bahwa di satu sisi kita menginginkan sumber energi bersih menjadi lebih intensif lagi dan lebih banyak digunakan," tutupnya (Thomas)



Komentar
Banner
Banner