bakabar.com, JAKARTA – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengajak tiga organisasi lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam mewujudkan IKN Nusantara sebagai kota Sustainable Forest City (Kota Hutan Berkelanjutan).
Lembaga tersebut adalah World Wildlife Fund (WWF) Indonesia, Yayasan Jejak Pulang, dan The Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF).
Keterlibatan tiga NGO itu ditandai dengan penandatangan nota kesepahaman (MoU), di Kawasan Wisata Alam Bukit Bangkirai, Kalimantan Timur, pada Rabu (12/7).
“Kita ingin memulai satu langkah dari sekian juta langkah yang harus kita lakukan dalam rangka menyelamatkan the mother earth, ibu bumi kita, dan juga keberlangsungan dari satu ekosistem di planet yang kita cintai,” ujar Kepala OIKN Bambang Susantono dalam keterangannya, Kamis (13/7).
Ia menyampaikan perlunya keseimbangan keanekaragaman hayati, keseimbangan lingkungan dalam membangun IKN untuk menjadi kota hutan berkelanjutan yang merupakan konsep baru di dunia.
Baca Juga: Delapan Proyek IKN, PT PP Raih Kontrak Baru Sebesar Rp11,62 Triliun
Bambang menjelaskan konsep kota hutan melambangkan kekayaan yang luar biasa yang perlu dipadukan dengan ilmu-ilmu modern, sehingga akan banyak hal yang dikembangkan dalam membangun IKN.
Selain itu, ujar Bambang, pembangunan IKN perlu mempertimbangkan tiga isu yang dikampanyekan secara global, pertama yaitu perubahan iklim yang sangat nyata terjadi. Kedua, masalah lingkungan tentang bagaimana hidup berdampingan antara manusia, alam, dan budaya.
Ketiga adalah keanekaragaman hayati. "Untuk itu, OIKN mengundang semua pihak untuk bekerja sama dalam membangun IKN," ujarnya.
BOSF sebagai salah satu organisasi nirlaba di Indonesia yang tugasnya melindungi dan melestarikan orangutan, menyambut baik atas inisiatif kerja sama yang dilakukan oleh OIKN untuk melindungi ekosistem lingkungan termasuk satwa orangutan.
Baca Juga: Komitmen dan Aksi Nyata Prinsip SDGs, OIKN Pastikan di IKN Nusantara
“Orangutan, sebagai satu-satunya spesies kera besar di Asia memainkan peran sentral dalam menjaga keseimbangan alam di hutan Borneo yang kaya akan keanekaragaman hayati," kata Sekretaris BOSF Riana Andam Dewi.
Riana menambahkan, "Mereka adalah makhluk yang luar biasa dan langka, namun sayangnya populasinya menurun akibat aktivitas manusia yang mengabaikan aspek kehidupan satwa."
Kerja sama antara BOSF dan OIKN menjadi langkah penting karena dapat meningkatkan kolaborasi dan aksi nyata terkait konservasi, perlindungan habitat, rehabilitasi orangutan, melepas-liarkan orangutan, rehabilitasi lahan kritis dengan peran aktif masyarakat sekitar.
Respons positif atas kerja sama itu juga datang dari Yayasan Jejak Pulang yang diwakili oleh Juliarta Bramansa Ottay. Ketua Yayasan Jejak Pulang itu berharap kerja sama dengan OIKN akan memberikan model bagi Indonesia dan dunia, bahwa manusia bisa menemukan pola hidup berdampingan dengan alam.
Baca Juga: Pemindahan IKN, Dirjen IKP: Simbol Lompatan Bangsa Indonesia
“Melalui kerja sama ini, besar harapan kami IKN sebagai kota Nusantara akan menjadi kota berbudaya yang mempunyai hubungan baik dengan lingkungannya, sebagaimana diteladani oleh leluhur kita, dan yang kita impikan di masa depan,” terangnya.
Yayasan Jejak Pulang merupakan organisasi rehabilitasi orangutan yang berdiri sejak tahun 2014 di Samboja, Kalimantan Timur. Saat ini Yayasan Jejak Pulang mempekerjakan 90 orang, di mana 90 persennya merupakan warga lokal yang membantu 13 orangutan agar bisa kembali ke alam liar.
Senada, Yayasan WWF Indonesia menyambut baik rencana pembangunan IKN dan kerja sama dalam menjaga keanekaragaman hayati di kawasan tersebut.
“Kami merasa bangga dapat ikut berpartisipasi dan mewujudkan IKN sebagai ibu kota yang hijau, dalam bentuk ibu kota hutan yang dapat berkembang bersama masyarakat secara berkelanjutan,” ujar Aditya Bayunanda, Direktur Eksekutif Yayasan dan CEO WWF Indonesia.
Baca Juga: Daerah Penyangga Perlu Menopang Ketahanan Pangan di IKN
Aditya menambahkan, untuk mencapai cita-cita IKN sebagai Kota Hutan Berkelanjutan, IKN memerlukan daya dukung ekosistem yang mumpuni. Diperlukan perencanaan yang baik agar dapat memitigasi dampak terhadap kehidupan satwa liar, masyarakat setempat, dan lingkungan sekitar IKN.
“Sebagai salah satu pendukung ekosistem terbesar yang diperlukan untuk menjamin keberlanjutan ini, tentu saja kita juga berada di wilayah yang disebut ‘Jantung Kalimantan’, sehingga ini menjadi wujud penting bagi kita secara bersama-sama menjaga lansekap di dalam ibu kota baru kita ini,” imbuhnya.
Selanjutnya, WWF Indonesia akan mendukung pembangunan IKN dalam bentuk penyediaan kapasitas, analisa, serta alat untuk melakukan monitoring, dan juga pengelolaan keanekaragaman hayati.