bakabar.com, JAKARTA - Puluhan polisi yang melakukan pengamanan dalam demo di kawasan PT Hamparan Masawit Bangun Persada (HMBP), Kabupaten Seruyan, diperiksa Polda Kalimantan Tengah.
Demo pada 7 Oktober itu berujung ricuh dan memakan korban jiwa. Tiga warga diduga ditembak oleh polisi. Dua di antaranya mengalami luka berat, sementara satu orang meninggal dunia.
"Total yang diperiksa itu sudah mau 45 orang. Iya, anggota yang diperiksa," kata Kabid Humas Polda Kalteng Kombes Erlan Munaji, dilansir CNN Indonesia, Jumat (13/10).
Erlan menjelaskan puluhan personel polisi itu diperiksa dalam kapasitas sebagai saksi. Dia menyebut pemeriksaan itu juga untuk memastikan ada atau tidaknya dugaan pelanggaran. Ia mengatakan pendalaman masih terus berlangsung.
"Saksi masyarakat di lapangan [juga masih diperiksa] dan masih banyak lagi yang belum diperiksa dari mulai pengamanan sampai yang lainnya," ujarnya.
Erlan juga menyampaikan penyidik masih melakukan investigasi terkait meninggalnya seorang warga yang terkena tembakan. Ia mengatakan belum ada simpulan dari laboratorium forensik (labfor).
"Belum bisa kita pastikan, masih dilakukan uji balistik, kemudian hasilnya masih diproses labfor," ucap dia.
Sejumlah pihak mengecam konflik yang menewaskan satu warga di wilayah PT HMBP, Desa Bangkal, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, Sabtu.
Konflik antara aparat kepolisian dengan warga itu terjadi saat warga tengah melakukan aksi demonstrasi menuntut haknya pada perusahaan perkebunan sawit PT HMBP. Warga menuntut plasma sawit dan area lahan di luar HGU PT HMBP sejak 16 September lalu.
Insiden tersebut juga menyebabkan satu orang lainnya yang juga terkena tembakan masih kritis dan satu orang masih belum diketahui kondisi terbarunya sebab dilarikan ke rumah sakit.
Koalisi masyarakat sipil yang terdiri dari Sawit Watch, Save Our Borneo (SOB) dan Satya Bumi mendesak aparat keamanan agar dapat menghindari penggunaan kekerasan dan memprioritaskan dialog yang adil dan setara.
"Kepada para pihak untuk dapat menahan diri agar tidak semakin banyak korban dan kekerasan yang terjadi terus berlanjut," kata mereka dalam keterangan tertulis, Senin (9/10).