bakabar.com, MARABAHAN – Mempertimbangkan nilai historis, Gubernur Aberani diapungkan menjadi salah satu nama resmi untuk Jembatan Sungai Alalak yang belum diresmikan.
Belakangan akibat sejumlah insiden yang terjadi, mencuat berbagai penyebutan untuk jembatan itu di media sosial. Sebut saja Jembatan Ading Basit dan Jembatan Moge.
Sementara dalam bahasa percakapan, tak sedikit warga yang mempertahankan nama lama semacam Jembatan Kayu Tangi Ujung, Jembatan Alalak I, hingga Jembatan Sungai Alalak.
Namun tak sedikit pula yang memunculkan nama tokoh pejuang Kalimantan Selatan. Salah satu yang mengapung adalah H Aberani Sulaiman.
“Banyak alasan yang menyebabkan kami sepakat dengan penamaan Jembatan Gubernur Aberani,” papar Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Barito Kuala, Hery Sasmita, Rabu (29/9).
“Selain tokoh pejuang, Aberani Sulaiman juga salah seorang Gubernur Kalsel yang menjabat dalam periode 1963-1968,” imbuhnya.
Sudah ada sejumlah mantan Gubernur Kalsel yang dijadikan nama jalan, seperti Pangeran Muhammad Noor, M Syarkawi, H Maksid, Mistar Tjokrokoesoemo dan Subardjo Sorosuroyo.
Sama seperti jalan-jalan yang mengusung nama gubernur di Kalsel, Jembatan Sungai Alalak juga memiliki peran vital sebagai penghubung antar kawasan.
“Sebelum secara resmi diberi nama, tidak keliru kalau kami mengusulkan penamaan yang berlatar pertimbangan historis banua seperti Jembatan Gubernur Aberani,” papar Hery.
“Kalau memang nanti muncul nama-nama lucu yang diabadikan, tidak menjadi masalah selama bukan bangunan monumental. Misalnya landscape yang dinamai Taman Basit atau kependekan dari Bersih, Asri, Sejuk, Indah dan Tenteram,” tambahnya.
Usulan penamaan Jembatan Gubernur Aberani itu, juga dinilai sebagai ide yang bagus oleh praktisi sejarah banua.
Bahkan akan terlihat elok, mengingat Jembatan Gubernur Aberani sekaligus menjadi penghubung Jalan H Hassan Basry yang notabene pernah bersama berjuang melawan Belanda.
“Usulan penamaan Jembatan Sungai Alalak dengan nama Jembatan Gubernur Aberani cukup tepat,” sahut Mansyur, dosen Sejarah ULM dan Ketua Lembaga Kajian Sejarah Sosial Budaya Kalimantan (LKS2B).
“Terlepas dari alternatif nama lain, jasa Aberani Sulaiman juga cukup besar di masa perjuangan revolusi fisik 1945-1949 melawan kedatangan kembali NICA/Belanda, maupun ketika menjadi Gubernur Kalsel,” tandasnya.