Tiga warga menjadi korban serangan brutal menjelang isya tersebut.
Satu di antaranya bahkan meregang nyawa dalam perjalanan menuju Rumah Sakit (RS) Ratu Zalecha.
Korban meninggal bernama Sukarman (66) atau kerap disapa Pakde sempat merintih minta ampun sebelum dihabisi pelaku.
Sedang H Arbain (67) serta cucunya berusia 16 tahun terluka parah. Sampai berita ini ditayangkan, mereka masih dirawat intensif dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya.
Informasi di lapangan, tidak ada yang mengetahui motif penyerangan oleh pelaku dikenal pendiam tersebut.
Dayan Dwi Fahrisal yang masih satu rumah dengan korban Sukarman bilang jika pelaku kesehariannya adalah petani biasa.
“Setahu saya Pakde itu juga tidak ada masalah apa-apa dengan dia,” ujar kemenakan korban ini.
Korban Sukarman kesehariannya bekerja serabutan. Kadang berkebun. Kadang menguli bangunan. Ia belum punya istri apalagi anak.
Kemenakan korban Sukarman lainnya menceritakan detik-detik sebelum insiden nahas tersebut.
Sebelum tewas, pamannya itu baru saja selesai menunaikan salat magrib. Setelah makan, Sukarman kemudian meminjam uang Rp25 ribu.
“Pakde ke pelataran, saya rebahan,” ujarnya menjelaskan kronologi kejadian kepada anggota kepolisian di depan ruang jenazah RS Ratu Zalecha.
Tiba-tiba terdengar suara rintihan dari rumah Arbain, “Ampun-ampun ampun aku tidak salah apa-apa.”
Saat keluar, ia mendapati Sukarman sudah bersimbah darah.
“Saya masuk ke rumah mengamankan keluarga,” ujarnya.
Sukarman dimintanya duduk sebelum dibawa ke RS Danau Salak yang berjarak kurang dari satu kilometer.
Arbain sendiri dilarikan ke RS Pelita Insani, sementara cucunya juga ke RS Danau Salak.
Dari RS Pelita Insani, puluhan keluarga dan warga setempat menanti kabar tim medis. Juga tampak sejumlah kepolisian di sana.
Sekitar pukul 00.30, Arbain yang kritis dirujuk ke RS Sari Mulia Banjarmasin. Ia mengalami luka tebas dan patah kaki di sebelah kiri.
Sejumlah keluarga Arbain yang ditemui media ini juga mengaku tak tahu motif pelaku tega menyerang tetangga sendiri.
Sehari-hari Arbain dikenal rajin salat berjemaah di masjid serta mengikuti pengajian.
Rumah ketiganya saling bersebelahan. Urutannya, rumah Adul, rumah H Arbain, kemudian rumah Sukarman.
Sebelum penyerangan, Arbain tengah berwudu di depan rumah. Di sanalah pelaku menyerang. Sukarman yang mencoba melerai justru menjadi korban.
Ia tewas akibat pendarahan di kepala, dua luka tebas yang cukup dalam di bagian belakang, juga luka tebas di pipi, tangan sebelah kanan, serta daun telinga putus.
Saat ini jajaran Polres Banjar sedang memburu pelaku yang langsung kabur usai melakukan penyerangan.
“Kami sudah kantongi identitasnya, secepatnya akan kami tangkap. Informasi selanjutnya pasti akan kami update,” ujar Kanit Reskrim Polsek Mataraman, Ipda Endar Sosilo.