Darurat Karhutla

BNPB Andalkan Modifikasi Cuaca Demi Padamkan Karhutla di Kalimantan

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bakal mengandalkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada awal

Featured-Image
Satu rumah warga ludes terbakar akibat Karhutla di Jalan Pematang Panjang RT 5 Kelurahan Gambut, Kecamatan Gambut, Minggu (1/10/2023) siang. Foto-DPKP Banjar.

bakabar.com, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bakal mengandalkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada awal Oktober 2023.

Terutama pemadaman akan dioptimalkan dilakukan di Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah. 

"Kita akan lakukan operasi teknologi modifikasi cuaca pada awal Oktober," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, Senin (2/10) pagi.

Baca Juga: Langganan Karhutla, 9 Wilayah di Kalsel Terancam Dikepung Kabut Asap

Muhari menerangkan bahwa hasil evaluasi BMKG terdapat temuan potensi awan-awan hujan sehingga dapat dioptimalkan dengan operasi modifikasi cuaca. 

Menurutnya, wilayah yang ada di atas garis khatulistiwa memiliki potensi awan hujan, sehingga memungkinkan untuk dilakukan teknologi modifikasi cuaca.

Baca Juga: HSS Dikepung Karhutla, Kasus ISPA Melonjak!

"Kalau Sumatera Selatan itu di Ogan Komering Ilir, itu menjadi prioritas. Kemudian Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, ini menjadi atensi kita untuk melakukan operasi modifikasi cuaca pada awal Oktober," ujarnya.

Muhari mengatakan BNPB juga menerjunkan 13 unit helikopter untuk memantau titik-titik api di wilayah yang sedang terjadi Karhutla.

Di sisi lain, BNPB melakukan upaya taktis dalam mengatasi kekeringan di sejumlah wilayah. BNPB akan terus mendistribusikan air bersih di wilayah-wilayah yang mengalami kekeringan.

Baca Juga: Karhutla Jadi Biang Kerok Udara Buruk di Banjarmasin: Kuasa Korporasi!

Ia menyoroti tiga pulau yakni Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara yang mengalami kekeringan. Muhari menyebut tiga pulau tersebut dilaporkan tidak ditemui potensi awan hujan, sehingga sulit untuk dilakukan TMC.

"Karena awan di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara sangat minim, maka yang kita optimalkan saat ini distribusi air bersih. Ketika ada awan yang bisa kita lakukan, persemaian kita akan lakukan," pungkasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner