News

BNNP Kalteng: 24 Persen Pelajar-Mahasiswa Pernah Konsumsi Narkoba

Memprihatinkan, berdasarkan data BNNP Kalimantan Tengah, mencatat sekitar 24 persen pelajar dan mahasiswa di Kalteng pernah mengkonsumsi narkoba. 

Featured-Image
Ketua Tim Pemberdayaan Masyarakat BNNP Kalteng, Abdul Kadir, saat memberikan arahan kepada peserta Bimtek Penggiat P4GN, yang sebagian besar peserta dari Kecamatan dan Kepala Sekolah, bertempat di hotel Aquarius Sampit, Kamis (29/2/2024). Foto: bakabar.com/Ilhamsyah Hadi

bakabar.com, SAMPIT - Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Kalteng,  sekitar 24 persen pelajar dan mahasiswa di Kalteng pernah mengkonsumsi narkoba. 

"Kalau kita coba sebut angka itu sudah sampai 24 persen, kalau misalnya ada pecandu 100 orang, 24 orangnya atau boleh dibilang seperempatnya adalah pelajar dan mahasiswa," kata Ketua Tim Pemberdayaan Masyarakat BNNP Kalteng, Abdul Kadir, disela-sela kegiatan Bimtek Penggiat P4GN, bertempat di hotel Aquarius Sampit, Kamis (29/2/2024).

Ada beberapa alasan kenapa para pengedar ataupun bandar narkoba menargetkan para remaja, pertama karena kondisi psikologis pelajar atau mahasiswa masih labil sehingga sangat mudah untuk dipengaruhi.

"Usia muda karena masih lagi masa-masa coba-cobaan itu akan menjadi target. Pada usia muda jika menjadi pengguna dianggap berpotensi pasar panjang dibanding misalnya orang-orang yang sudah lebih lebih tua," ungkapnya.

Sejumlah alasan itu menurut Abdul Kadir kenapa target utamanya para pengedar barang haram tersebut adalah pelajar maupun mahasiswa, dab kondisi itu terbukti selalu ada peningkatan pengguna narkoba di tingkat pelajar.

"Kami di BNN setiap 2 tahun ada namanya survei nasional, terakhir di tahun 2023 walaupun sudah dari segi angka prevalensi memang kita ada penurunan sedikit 0,22 secara nasional yang dulunya 1,95 sekarang 1,73%. Jadi kalau kira-kira mungkin di Indonesia yang menyalahgunakan aktivitas karena sekitar 3,3 juta," terangnya.

Abdul Kadir menambahkan, berdasarkan survei BNNP Kalteng, peredaran narkoba tidak hanya masif di wilayah perkotaan, namun juga telah merebak ke desa-desa pelosok pedalaman Kalteng.

"Sekarang sudah tidak bisa membedakan karena sama di perkotaan dan pedesaan, bahkan di daerah yang paling pelosok pun di Kalteng sudah banyak yang menyalah menggunakan. Tanpa listrik, tanpa signal narkobanya duluan sampai," terangnya

"Jadi salah satu alasan kenapa narkoba disebut darurat, karena tidak ada wilayah mana pun yang dikatakan betul-betul bersih dari narkotika sekarang. Kalau dulu kan ceritanya itu orang-orang kota, itu gaya hidup orang kota, tapi sekarang di desa banyak," sambungnya.

Apa yang membuat peredaran narkoba di Kalteng cukup banyak, menurut Abdul Kadir salah satu penyebabnya adalah faktor pekerjaan, karena banyak membutuhkan fisik lebih ekstra bekerja, sehingga menggunakan narkotika dianggap sebagai pendorong agar mereka bisa lebih kuat.

Upaya mencegah peredaran narkotika di Kalteng, maka sangat penting adanya penempatan BNNK di setiap Kabupaten, karena akan lebih efektif dalam memberikan pelayanan maupun pencegahan.

"Pelayanan akan lebih cepat jika ada BNNK dibandingkan BNNP, teman-teman di bidang pemberantasan bisa lebih setiap hari melakukan penyelidikan. Dan teman-teman di rehabilitasi bisa memberikan pelayanan lebih cepat," pungkasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner