bakabar.com, BANJARMASIN - Bhayangkara FC memutuskan berganti nama menjadi Bhayangkara Presisi Indonesia FC. Alasannya karena ingin menggaet suporter dari seluruh Indonesia.
Sebelumnya klub milik institusi kepolisian ini memang sudah pernah berniat berganti nama. Pada 2020 misalnya ketika mereka ingin mengubah menjadi Bhayangkara Solo FC saat markas tim hendak pindah ke kota di Jawa Tengah itu.
Tapi niatan itu batal karena Persis Solo dihidupkan kembali. Bhayangkara yang sudah menggelar seremoni di Solo pun akhirnya memilih kembali ke Jakarta.
Selama di Jakarta, Bhayangkara gagal menggaet suporter dari penduduk lokal. Maklum sudah ada Persija Jakarta yang lebih dulu mengakar kuat di ibu kota.
Berangkat dari situasi itu, Bhayangkara pun mengubah namanya. Harapannya bisa menarik simpati luas dari masyarakat Indonesia dengan meninggalkan unsur kedaerahan.
"Kata presisi merupakan representasi dari semangat Polri dalam memajukan sepakbola Indonesia. Harapannya, peran Bhayangkara Presisi Indonesia akan mampu memberikan kontribusi yang positif," tulis keterangan resmi klub.
Baca Juga: Sambut Liga 1 2023/2024, Madura United Launching Jersey Baru
"Penambahan kata 'Indonesia' karena ingin memperluas basis suporter di seluruh tanah air. Visinya adalah ingin memperluas basis suporter. Bhayangkara Presisi Indonesia tidak lagi berbasis kewilayahan, namun ingin menggaet seluruh pecinta sepak bola tanah air," lanjut keterangan itu.
Langkah yang diambil Bhayangkara ini bukan yang pertama kali dilakukan. RANS Nusantara sudah lebih dulu mengubah namanya dengan harapan menggaet suporter.
RANS yang mengakuisisi Cilegon United, kemudian mengubah nama klub menjadi RANS Cilegon, lalu berubah lagi menjadi RANS Nusantara. Penyematan kata 'Nusantara' itu misinya demi menggaet suporter se-Indonesia, sebagaimana yang kini juga dicanangkan Bhayangkara.
Padahal menilik sejarahnya, sepakbola Indonesia sangat kental unsur kedaerahan. Klub-klub tradisional seperti Persija Jakarta, PSM Makassar, atau Persib Bandung, punya basis pendukung yang kuat karena dianggap sebagai representasi daerah asal masing-masing.
Sementara klub-klub 'baru' seperti Bhayangkara, RANS, Dewa United, terus kesulitan menarik simpati warga lokal. Sementara Persikabo 1973 kini perlahan-lahan mulai mendapat dukungan setelah meninggalkan identitas TNI dan merger serta menyematkan nama klub lokal di sana.