bakabar.com, JAKARTA – Ikan cupang menjadi buruan oleh masyarakat selama masa pandemi, baik untuk dipelihara ataupun untuk dijual kembali. Namun setelah pandemi melandai, tren ikan cupang seperti ikut menurun mengikuti musim.
Peternak ikan cupang Asep Syarifuddin menjelaskan kalau tidak semua ikan cupang mengalami penurunan, hal itu karena cupang memiliki pasarnya tersendiri.
“Iya bener kalau cupang secara umum memang musiman, tapi kalau cupang hias ga ada bicara musiman,” ujarnya kepada apahabar di sentra promosi dan pemasaran ikan hias Slipi Jakarta Barat, Senin (24/10).
Baca Juga: Masih Sulit Ekspor, Ini Tantangan yang Dihadapi Pelaku UMKM
Menurutnya cupang saat ini terbagi menjadi 3 kategori yaitu umum, kontes dan hobi. Dari 3 kategori tersebut juga memiliki nilainya sendiri seperti grade A untuk kontes dan hobi, grade B untuk umum dan grade c untuk anak-anak.
Dia menjelaskan untuk harga mulai dari Rp75.000 sampai Rp150.000 biasanya ada grade A, sedangkan untuk harga Rp50.000 sampai Rp25.000 untuk grade B dan untuk grade C harga mulai dari Rp10.000 sampai 15.000.
“Cupang dengan kategori hobi tidak melihat kontes atau umum, yang penting ikan itu bagus, indah dan mempesona maka harga berapapun tidak bicara lagi,” ucapnya.
Jadi ketika ada kabar mengenai harga ikan cupang jatuh maka yang dimaksud adalah cupang untuk umum, namun ketika cupang tersebut masuk dalam nilai kontes dan hobi maka harganya rata-rata di atas Rp100.000.
Baca Juga: Tinggi Saat Pandemi, Kini Harga Ikan Cupang Hancur
Walaupun terkadang cupang untuk kontes memiliki jenis yang sama dengan yang umum, namun secara kualitas akan jauh berbeda. Faktor yang dapat membedakan kualitas di antaranya seperti bukan ekor, bentuk, mental dan warna yang dominan indah.
“Di mana kualitasnya yang jenis kontes kualitasnya lebih dari yang umum dan yang jenis hobi besarannya lebih dari yang kontes,” paparnya.
Menurutnya penjualan cupang tidak pernah turun, karena jika permintaan di dalam negeri sedang sedikit, maka permintaan dari luar negeri biasanya sangat banyak. Hal itu jarang diketahui karena media tidak pernah memberitakan kejadian tersebut.
“Okelah dijual katakan di Cengkareng 2 sampai 3 ekor tapi ekspor selalu minta sampai 300, 500, sampai 1000 ekor dan ini rahasia yang jarang dibuka,” tutupnya.