Bisnis

Masih Sulit Ekspor, Ini Tantangan yang Dihadapi Pelaku UMKM

Masih banyaknya tantangan yang di hadapi UKM untuk melakukan ekspor

Featured-Image
Ilustrasi ekspor. (Foto: pratamaindomitra.co.id)

bakabar.com, JAKARTA – Kepala Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI) Direktorat Jendral Pengembangan Eskpor nasional (DJPEN) Kementerian Perdagangan Heryono Hadi Prasetyo mengungkapkan bahwa kelemahan UMKM Indonesia saat ini adalah pada kualitas, kuantitas dan kontinutitas.

Menurutnya saat ini dari total UMKM, sebanyak 80 persen adalah UMKM ekspor. Namun nyatanya total perdagangan UMKM masih hanya 5 persen.

“Artinya kita sebetulnya banyak UMKM eskpor hanya saja nilainya yang kecil,” ucapnya dalam webinar Persyaratan dan Prosedur Ekspor Makanan dan Minuman yang disiarkan secara daring, Jumat (21/10).

Baca Juga: Majukan Usaha UMKM dengan Penggunaan Influencer yang Tepat

Dia menyebutkan kelemahan UMKM Indonesia sekarang diantaranya kurangnya kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Keterbatasan dari sisi kapasitas menjadi salah satu tantangan UMKM melakukan ekspor. Hal itu karena jumlah permintaan dari negara luar banyak dalam jumlah besar.

Selain itu, untuk lembaga pembiayaan seperti bank dan non bank, belum sepenuhnya mendukung pembiayaan ekspor bagi UMKM.

“Atau mungkin birokrasinya masih panjang jadi susah UMKM untuk melakukan ekspor,” ujarnya.

Baca Juga: Dorong UMKM Naikkan Omset, Pahami Langkah Membuat Website dan Marketing

Heryono juga menambahkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) juga menjadi perhatian, karena akan sulit untuk melakukan eskpor jika SDM yang ada belum mengetahui cara untuk ekspor.

Cara eskpor di antaranya mencakup persyaratan, pengemasan, sampai proses transaksi. Kemudian disusul kualitas produk dari UMKM yang masih belum konsisten, jika mendapat pesanan dalam jumlah yang besar.

“Kalau pesanan sedikit kualitas bagus dan begitu pesanan banyak kualitasnya malah menurun,” ujarnya.

Baca Juga: Maksimalkan Penjualan, UMKM Perlu Manfaatkan Platform Digital

Selain itu, UMKM masih kesulitan dalam mengurus sertifikat yang dibutuhkan, seperti Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) untuk makanan atau Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK) untuk kayu.

Sedangkan hal lainnya, UMKM juga belum bisa membuat sertifikat dari negara tertentu yang belum ada kesepakatan transaksi.

Dari segi pemasaran atau promosi, imbuh Heyono, pelaku UMKM dirasa masih kurang memiliki kemampuan untuk melakukan riset pasar, terbatasnya akses ke market, kurang melakukan marketing online dan minim akses untuk mendapatkan pameran bertaraf internasional.

“Jadi inilah kelemahan UMKM kita dalam melakukan ekspor,” tutupnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner