Pertumbuhan Ekonomi

Bertahan di Atas 5%, Bukti Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sangat Baik

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengeklaim Indonesia termasuk negara yang memiliki pertumbuhan terkuat dan persistensi tinggi.

Featured-Image
Ekspor dan impor Kalsel naik. Foto ilustrasi-CNBC Indonesia

bakabar.com, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengeklaim Indonesia termasuk negara dengan pertumbuhan ekonomi terbaik disertai persistensi tinggi. Hal itu dibuktikan dengan kemampuan pertumbuhan di atas 5% dalam beberapa kuartal terakhir.

"Kita lihat Indonesia terus-menerus mempertahankan pertumbuhan di atas 5% dalam 6 kuartal terakhir, di negara lain mungkin bagus kemudian mengalami kemerosotannya cukup tajam pada tahun 2023 ini," ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita edisi Juni 2023 yang di gelar secara daring, Senin (26/6).

Sri Mulyani memaparkan, ekonomi global masih dalam ketidakpastian yang tinggi. Untuk itu, Indonesia harus mengerahkan segenap kekuatan, termasuk dengan menggenjot kekuatan ekonomi lokal.

"Sesuai dengan prediksi yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga dunia seperti IMF dan World Bank, semuanya menggambarkan tahun 2023 ini adalah tahun yang cukup lemah dibandingkan tahun lalu dan atau bahkan tahun 2021," ujarnya.

Baca Juga: Tahun 2027, Kadin: Pertumbuhan Ekonomi Digital Capai Rp 3.216 Triliun

Sri Mulyani menerangkan, melihat data Bank Dunia, diproyeksikan tahun ini pertumbuhan ekonomi global hanya mencapai 2,1%. Angka itu lebih lemah dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 2,8%. Ini menunjukkan bahwa ekonomi global masih dihantui oleh ketidakpastian.

"Tahun depan mungkin bisa membaik, tapi masih diselimuti ketidakpastian," ujarnya.

Selain itu, lanjut Sri Mulyani, proyeksi pertumbuhan dari perdagangan internasional juga menunjukkan pelemahan. Pelemahan tersebut dinilai paling signifikan. 

Hal ini, salah satunya akibat realisasi pertumbuhan ekonomi China pada kuartal 1 2023 yang hanya mencapai 4,55%. Pelemahan ekonomi China mengakibatkan permintaan barang ekspor dari Indonesia ke China ikut menurun. 

Baca Juga: Standardisasi Produk, Menko Airlangga: Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi

"Kalau kita lihat growth of double trade hanya 2,4%, ini jauh melemah dibandingkan tahun lalu yang 5,1%, atau tahun 2021, yang sebelumnya 10,6%," ujarnya.

Sri Mulyani menegaskan, banyak negara yang sudah tidak mampu bertahan di dalam tekanan perlemahan ekonomi dunia dan gejolak ekonomi dunia. Hal itu bisa dilihat dari Purchasing Managers’ Index (PMI) global yang membuktikan adanya kontraksi dari sisi mannufaktur.

"Memang mengkonfirmasi bahwa dunia masih di dalam era kontraksi dari sisi manufacturing activity. Kalau dilihat dari dalam hal ini kita lihat negara yang masih dalam posisi ekspansi dan meningkat itu hanya 24% diantaranya India, Filipina, Rusia, Jepang, dan Tiongkok," paparnya.

Editor
Komentar
Banner
Banner