bakabar.com, BANJARMASIN – Transpuan dikenal suka berceloteh. Interaktif. Tapi mereka perlu diarahkan. Supaya bicaranya bernilai.
Senin, 27 Juni 2022, pelatihan public speaking digelar untuk 20 transpuan. Bertema “Forum Learning Culture Program Inklusi Waria”, kegiatan diinisiasi oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kalimantan Selatan (Kalsel).
PKBI Kalsel merupakan lembaga swadaya masyarakat yang terus memperjuangkan isu seputar inklusivutas di Bumi Lambung Mangkurat sejak puluhan tahun silam.
Inklusivitas sendiri diartikan sebagai masyarakat yang menghormati, menghargai serta mengakui adanya keberagaman. Termasuk kehadiran para transpuan.
Diharapkan, dengan diajari ilmu dasar public speaking, suara serta kehadiran transpuan di Kalsel, terkhusus Banjarmasin bisa lebih dihargai. Serta mematahkan steorotipe yang sudah mengakar kalau “waria itu sampah masyarakat”.
Pengisi materinya adalah Princess Keket Fortuna. Keket, sapaannya, dikenal sebagai aktivis dan influencer transpuan yang mewakili Kalsel dalam ajang Miss Queen Indonesia 2021 (kompetisi kecantikan yang diikuti oleh kaum transpuan).
Keket juga dinobatkan sebagai public speaker urutan 6 terbaik dalam ajang Miss Queen yang diikuti oleh 113 peserta dari seluruh Indonesia itu.
Memakai blouse dan celana berwarna hitam, penampilan Keket yang bertinggi badan 170 centimeter nampak elegan saat memberikan materi tentang public speaking di salah satu hotel bilangan Banjarmasin Tengah.
Materi yang disampaikan transpuan berusia 33 tahun itu dengan serius disimak oleh 20 transpuan dari berbagai latarbelakang, kebanyakan hairstyles, penyanyi dan lainnya.
Tidak hanya sebagai pendengar pasif, peserta juga silih berganti memberi pendapat hingga mencoba mempraktekkan langsung materi yang didapatnya.
“Dengan diberi pembelajaran ini, mereka diharapkan bisa berkomunikasi dengan baik di depan publik. Minimal di tongkrongan masing-masing,” kata transpuan kelahiran 33 tahun silam itu.
“Bagus lagi kalau bisa pembicara handal dalam satu forum,” timpalnya.
Keket berharap pelatihan ini juga tidak menjadi akhir. Kelompok transpuan bisa tetap kontinyu belajar. Sebab, kata dia, transpuan di Kalsel pada dasarnya mempunyai banyak ide brilian, khsusunya di bidang entertain.
“Semoga materi ini nantinya bisa membuka jalan mereka untuk bisa punya karir pekerjaan yang cemerlang,” harap alumni Fakultas Teknologi Informatika Universitas Islam Kalimantan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari itu.
Direktur Eksekutif Daerah PKBI Kalsel, Hapniah mengatakan program inklus pilar waria ini sendiri telah dijalankan sejak 2014.
Disebutnya, jika ini merupakan lanjutan dari program sebelumnya yakni demi mewujudkan inklusivitas dalam bermasyarakat.
“Pertengahan 2020, kami telah melaksanakan Program Peduli Waria. Ada pembaharuan-pembaharuan, terutama ditingkat pusat yaitu sisi pilarnya. Dulu The Asia Foundation, kalau sekarang Quarter Foundation,” katanya.
Pihak PKBI Kalsel, menurut Hapniah, lebih memokuskan terhadap kesehatan reproduksi dan meningkatkan taraf inklusi kepada masyarakat. Terlebih, kata dia, penerimaan kelompok waria di masyarakat Banjar.
“Walau ada yang menerima (inklusif) dan kontra, hal itu lumrah saja. Merupakan tugas kita semuanya untuk mengedukasi masyarakat,” ujarnya.
Dengan pelatihan Public Speaking ini, kata Hapniah, para transpuan mampu beradaptasi lebih baik lagi di masyarakat. Dengan modal itu, menurutnya dapat menjalankan kerjanya lebih kreatif, inovatif dan produktif.
“Kegiatan kita nanti berseri, ya, program ini berlanjut sampai bulan Maret 2023. Masih ada tiga kali pertemuan, dan materinya tetap terkait kepribadian untuk lebih percaya diri, serta terakhir meningkatkan kemampuan berwirausaha (entrepreneurship),” tandasnya.