bakabar.com, JAKARTA – Pihak IPB University berharap peluncuran buku berkonsep lokakarya menjadikan Nusantaranomics dapat berkembang menjadi Abenomics.
Hal itu diutarakan Asisten Direktur Kajian Strategis IPB University Helmi Hidayat kepada bakabar.com di Jakarta, Minggu (26/2). Dia optimistis, gagasan Nusantaranomics akan berkembang seperti Abenomics di Jepang.
Menurut Helmi, Abenomics sebagai gagasan ekonomi yang lahir di negeri sakura, mulai menemukan bentuknya, seiring masukan dari beragam keilmuan yang saling berinteraksi melalui sesi diskusi berkelanjutan.
Untuk itu, Nusantaranomics diharapkan berkembang dari sesi-sesi diskusi dengan menghadirkan pelaku ekonomi mikro dan para kepala daerah. Harapannya dari diskusi tersebut turut memperkokoh model ekonomi Nusantaranomics.
Baca Juga: Bonus Demografi, IPB: Peluang dan Tantangan Nusantaranomics
Namun dari semua itu, yang terpenting adalah bisa tidaknya konsep tersebut dimplementasikan secara tepat di Tanah Air. “Saya yakin Nusantaranomics bukan ide final, jadi itu akan terus dikembangkan akan terus dieskplorasi," ujarnya.
Karena itu, Helmi menyebut kekuatan Nusantaranomics seharusnya menjadi akar, baik itu secara ontologis dan estimologis. Dari situ kemudian akan berkembang sejumlah hal yang sifatnya aplikatif dan adaptif.
"Secara praktis bisa diimplementasikan di lapangan,” jelasnya.
Helmi juga menjelaskan bahwa masih banyak sisi dalam model Nusantaranomics yang berpotensi untuk dikembangkan. Pun, masih banyak basis-basis keilmuan dan model praktis yang bisa disempurnakan. Sehingga lebih aplikatif dengan kondisi ekonomi Indonesia saat ini.
Baca Juga: Berlandaskan Nilai Lokal, Nusantaranomics Konsep Ekonomi Keindonesiaan
“Sehingga itu dibangun benar-benar dari sisi keilmuannya, dibangun dari sisi praktiknya dan lain sebagainya,” kata pria yang juga dosen Fakultas Ekologi Manusia IPB itu.
Ketika Nusantaranomics dianggap sebagai model ekonomi yang berlandaskan pada aktivitas pelaku usaha masyarakat lokal. Hal itu merupakan basis pengetahuan dari Nusantaranomics.
“Contohnya seperti batik yang menjadi kekuatan ekonomi dari daerah jawa tengah, atau pariwisatanya yang menunjol. Itu menjadi kekuatan dari ekonomi masyarakat lokal,” terang Helmi.
Untuk itu, semua bergantung pada kemauan pemerintah daerah untuk secara terbuka mengembangkan potensi ekonomi sekitarnya.