bakabar.com, JAKARTA - Sejumlah komunitas otomotif menyambut baik penurunan harga Pertamax dan sejenisnya sejak 1 Juni 2023 dari yang sebelumnya Rp13.300 kini menjadi Rp12.400.
Kebanyakan dari mereka menilai penyesuaian harga BBM (Bahan Bakar Minyak) itu sebagai 'berkah', sehingga dapat menghemat pengeluaran.
Sejalan dengan itu, mereka berharap masyarakat dapat mengurangi beban negara yang menggelontorkan subsidi kepada BBM jenis Pertalite, dengan membeli BBM dengan research octane number (RON) yang lebih tinggi, seperti Pertamax yang tidak bersubsidi.
Hal itu diungkapkan oleh Pembina Mercedes-Benz Boxer Club Indonesia (W124), Andi Yuvi yang mengaku kaget dengan adanya penurunan harga BBM tersebut.
"Kalau bisa diturunin lagi (harga BBM), sehingga (bisa) membuat orang bimbang untuk memilih RON antara 90 dan 92. Kalau dengan selisihnya tidak banyak, saya rasa pengguna Pertalite akan pindah ke Pertamax," ujarnya saat dihubungi bakabar.com, Jumat (2/6).
Baca Juga: Harga Pertamax Cs Turun, Bagaimana BBM Vivo, Shell dan BP?
Ia pun berharap, ke depannya pemerintah dapat menjaga selisih antar BBM subsidi dengan yang non-subsidi.
"(Kalau bisa) selisih sekitar Rp1.500/L, menurut saya akan membuat pengguna Pertalite mempertimbangkan untuk pindah ke Pertamax," imbuhnya.
Sementara itu, Presiden Mercedes-Benz W211 Club Indonesia, Galih Muharram Hidayat menilai penurunan harga BBM yang berkisar sekitar 6 persen, akan berpengaruh juga terhadap pengeluaran BBM mobilnya perbulan sekitar 6 persen.
"Kualitas Pertamax cs yang lebih baik dari Pertalite akan berdampak pada efisiensi penggunaan BBM dalam jangka panjang, dan mengurangi polusi udara karena pembakaran akan lebih sempurna," ujarnya.
Baca Juga: Full Registran di Jabodetabek, Pertamina: Agar Subsidi BBM Tepat Sasaran
"Harapan saya kedepan semoga harga Pertamax cs bisa turun lagi atau mendekati harga Pertalite, sehingga akan banyak orang yang beralih ke BBM non-subsidi," sambungnya.
Di sisi lain, Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia (PPMKI), Ronny Arifudin mengimbau kepada para pemilik mobil dapat menggunakan BBM dengan RON yang sesuai spesifikasinya.
"Sepengetahuan kami, ada pengguna mobil yang menggunakan BBM yang tidak sesuai dengan jenis kendaraannya. Misalkan kendaraan yang spesifikasinya harus menggunakan Pertamax, tetapi menggunakan jenis BBM Pertalite yang RON-nya di bawah spesifikasi mobilnya," tegas Ronny kepada bakabar.com, Jumat (2/6).
"Ini saatnya, selagi harga BBM non-subsidi sedang turun dan tidak jauh dari harga BBM subsidi, sebaiknya menggunakan jenis Pertamax, sehingga mendukung pemerintah agar subsidi dapat tepat sasaran," tambahnya.
Baca Juga: X-MOC Adakan Penanaman Bibit Pohon Dukung Atasi Pemanasan Global
Selanjutnya, tanggapan terkait penurunan BBM datang dari Dodi Cahyadi, Ketua Umum Xpander Mitsubishi Owner Club atau X-MOC.
Menurut dia, sudah sepatutnya harga BBM turun, karena mengikuti harga minyak dunia yang saat ini juga sedang turun.
"Dengan turunnya harga Pertamax Cs, akan semakin membuat affordable (terjangkau), bagi pengendara yang sudah melek RON terhadap kompresi mobilnya. Harapannya, BBM satu harga se-Indonesia, selalu terjaga pasokannya, kuantitas dan juga kualitasnya," kata dia saat dihubungi bakabar.com, Jumat (2/6).
Baca Juga: Komunitas Peugeot 306 Gelar Kopdar Sambut Lebaran, Agendakan GathNas
Di waktu bersamaan, Ketua Umum Toyota Yaris Club Indonesia, Regi Ezra juga menyambut cukup baik dengan adanya penurunan BBM non-subsidi tersebut, meski penyesuaiannya masih jauh dari harga Pertalite.
"Namun dengan adanya penurunan tersebut sedikit cukup menghemat cost pembelian BBM. Harapan saya ke depan, pemerataan penerima manfaat BBM subsidi dibuatkan standar yang lebih jelas. Karena sebenarnya daya beli masyarakat kita belum merata," tuturnya.
Presiden Forum Komunikasi Klub dan Komunitas Otomotif (FK3O), Hari Miswanto turut mengomentari terkait penurunan harga Pertamax Cs. Menurut dia, seharusnya harga BBM bisa lebih turun lagi karena harga minyak mentah sedang turun, jadi sangat wajar.
"Harapan saya untuk BBM di Indonesia bisa stabil harganya, walaupun saat ini Indonesia sedang mencanangkan kendaraan listrik namun menurut saya itu belum bisa direalisasikan dengan cepat," pungkasnya kepada bakabar.com, Jumat (2/6).