Nasional

Bappenas Ungkap Tantangan Terbesar RI Transisi ke Ekonomi Hijau

apahabar.com, JAKARTA – Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) membeberkan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam transisi menuju ekonomi…

Featured-Image
Bappenas mengungkapkan salah satu tantangan terbesar RI dalam transisi ke ekonomi hijau adalah tingginya ketergantungan pada batu bara. Ilustrasi. (Facebook/Joko Widodo).

bakabar.com, JAKARTA –Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) membeberkan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam transisi menuju ekonomi hijau (green economy).

Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan salah satu tantangan terbesar adalah ketergantungan ekonomi dan ekspor pada batu bara yang membuat Indonesia sulit beralih ke penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT).

“Kalau kita lihat bagaimanapun share dari ekspor non-migas kita, salah satunya memang yang berkontribusi paling besar adalah batu bara dan minyak sawit mentah. Tetapi kemudian kalau kita lihat sektor energi pun juga sebagian masih menggunakan batu bara sebagai energinya,” ujar Widyasanti yang akrab dipanggil Winnie, pada acara webinar Indonesia’s Green Jobs Conference yang diselenggarakan Selasa (8/2).

Jika diteliti lebih dalam, beberapa provinsi memang masih menggantungkan perekonomiannya pada sektor pertambangan batu bara. Hal tersebut disebabkan harga energi batu bara memang relatif lebih murah dibandingkan EBT.

“Pasar masih meyakini batu bara adalah sumber energi yang relatif murah dan oleh sebab itu tentunya riset and development untuk kita bisa memperoleh teknologi EBT yang lebih murah, itu akan menjadi satu tantangan besar ke depan” ujarnya.

Di sisi lain, Winnie mengatakan Indonesia sebenarnya memiliki potensi EBT yang sangat tinggi. Namun sebagian besar dari potensi tersebut masih belum dimanfaatkan.

“Kapasitas EBT terpasang dibandingkan potensi kapasitas EBT di Indonesia ini sebenarnya potensinya sangat tinggi. Sebagai contoh, potensi dari energi tenaga surya ada 207,9 GW tapi masih dimanfaatkannya baru 0,2 GW.

Kemudian energi hidro, potensinya ada 94,5 GW tapi yang termanfaatkan baru 6,1 GW,” ujarnya.

Selain itu, menurut penelitian Institute for Essential Services Reform (IESR), potensi energi geothermal Indonesia sebesar 29,5 GW sedangkan yang dimanfaatkan baru 2,3 GW.

Untuk bioenergi baru 1,9 GW yang telah dimanfaatkan dari total kapasitas 32,7 GW. Kemudian, hanya 0,2 GW dari total potensi 60,6 GW energi angin sudah dimanfaatkan, dan belum ada potensi energi pasang yang sudah dimanfaatkan.



Komentar
Banner
Banner