Early Warning System

Bapanas Bangun Early Warning System Kerawanan Pangan dan Gizi

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menjelaskan perlunya membangun sinergitas antara pemerintah pusat dan daerah, serta stakeholder terkait.

Featured-Image
El Nino yang memicu kekeringan harus diantisipasi sedini mungkin agar tidak berdampak signifikan terhadap ketahanan pangan dan gizi. Untuk itu, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan perlu membangun sinergitas yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah, serta stakeholder terkait. Foto: Bapanas

bakabar.com, JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menjelaskan perlunya membangun sinergitas yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah, serta stakeholder terkait.

Hal itu sebagai bentuk antisipasi terhadap El Nino yang memicu kekeringan dan harus diantisipasi sedini mungkin agar tidak berdampak signifikan terhadap ketahanan pangan dan gizi.

"Kita sepakati bahwa kita harus memiliki early warning system untuk kerawanan pangan dan gizi. Ini penting terutama karena kita menghadapi ancaman El Nino," ujar Arief saat membuka Pertemuan Penguatan Analisis Sistem Peringatan Dini Kerawanan Pangan dan Gizi (SKPG)di Bogor, Kamis (20/07).

Arief menegaskan bahwa Sistem Kerawanan Pangan dan gizi yang dibangun Bapanas bersama pemerintah provinsi dan kabupaten kota menjadi early warning system yang harus dimanfaatkan untuk memitigasi faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya El Nino.

Baca Juga: Dampak El Nino, Bapanas: Penguatan Stok Pangan dan Stabilisasi Harga

"Sehingga data yang dihasilkan nantinya dapat dipertanggungjawabkan dan dimanfaatkan untuk mengantisipasi terjadinya kerawanan pangan dan gizi." tegas Arief.

Hal itu selaras dengan arahan Presiden Joko Widodo dalam Rapat Terbatas Bersama sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju yang dipimpin Presiden Joko Widodo, pada Selasa (18/07) di Istana Negara, di mana salah satu fokus antisipasi dampak El Nino adalah menjaga ketahanan pangan.

"Jadi pola mitigasi ini kita mulai dengan membangun sistem berbasis digital, sehingga setiap daerah mengetahui situasi dan kondisi kerawanan pangan dan gizi di daerahnya," tegasnya.

Ini penting dilakukan karena sistem tersebut dihimpun berdasarkan berbagai aspek ketahanan pangan, mulai dari ketersediaan pangan, keterjangkauan pangan, dan pemanfaatan pangan.

Baca Juga: Kedelai Lokal, Bapanas: Dukung Pengembangan Berbasis Benih Unggul

Adapun berbagai indikator pada aspek ketersediaan pangan meliputi berbagai data luasan tanam dan puso komoditas pangan, aspek keterjangkauan pangan mencakup data harga komoditas pangan dalam periode yang ditentukan. Sedangkan aspek pemanfaatan pangan meliputi data status gizi balita.

"Kita juga masukkan data dukung informasi iklim seperti saat ini kita mewaspadai Elnino yang mengancam ketahanan pangan. Tentunya kita berkolaborasi dengan Kementerian dan lembaga terkait dalam pemenuhan berbagai data tersebut, sehingga kemudian bisa menghasilkan kesimpulan yang dikategorisasikan dalam tiga indikator yaitu rentan, waspada, dan aman." ujar Arief.

Arief menegaskan bahwa SKPG berbasis website yang dapat diakses melalui skpg.badanpangan.go.id dan secara periodik menghasilkan data status rawan pangan dan gizi baik secara nasional, provinsi maupun kabupaten kota.

Editor
Komentar
Banner
Banner