bakabar.com, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengingatkan bahwa kondisi bangsa Indonesia saat ini tengah dihadapkan pada berbagai tantangan, salah satunya ialah potensi konflik horizontal di tengah kontestasi politik.
Bamsoet mengngukapkan biasanya perbedaan pilihan politik dalam kosntestasi pemilu kadang menjadi pemicu lahirnya konflik horozontal sehingga harus dicegah dengan berbagai cara.
"Menyongsong penyelenggaraan Pemilu Serentak dan Pilkada Serentak tahun 2024, kita harus menghindarkan paradigma klise, di mana kontestasi politik menjadi pemantik lahirnya konflik horisontal," kata Bamsoet di Jakarta, Senin (22/5).
Baca Juga: BPIP Imbau Mahasiswa Hindari Perbedaan Tajam Jelang Pemilu 2024
Menurut dia, kontestasi politik tidak boleh memicu polarisasi masyarakat pada dua kutub yang berseberangan, baik sebelum, selama, hingga pasca-penyelenggaraan pemilu.
Berkaca pemilu sebelumnya, dia menuturkan Pilpres 2019 lalu meninggalkan residu persoalan berupa kerusuhan massa pasca penetapan hasil penghitungan dan perolehan suara nasional yang menyebabkan sembilan orang menjadi korban jiwa.
Bamsoet mengingatkan Indonesia saat ini juga menghadapi tantangan melemahnya pemahaman terhadap Pancasila sebagai ideologi bangsa, khususnya di kalangan generasi muda bangsa.
Baca Juga: Puluhan Akademisi Serukan Hindari Perpecahan Pemilu 2024
Merujuk pada hasil survei yang dirilis Setara Institute dan International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) pada 17 Mei 2023, sebanyak 83,3 persen pelajar SMA berpandangan bahwa Pancasila adalah ideologi yang tidak permanen atau dapat digantikan.
Sementara, hasil survei Pusat Studi Kebangsaan Indonesia dan Litbang KOMPAS pada Januari 2023, mengungkap bahwa 86,1 persen mahasiswa tidak setuju jika Pancasila diganti.
Adapun berdasarkan survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada Juni 2022 menyatakan sebanyak 82 persen masyarakat menganggap Pancasila sebagai ideologi negara tidak boleh diubah.
Baca Juga: Ganjar Ingatkan Pendukung untuk Jaga Adab dan Tak Membuly karena Pemilu
Fenomena tersebut, menurutnya mengisyaratkan setidaknya dua hal penting. Pertama, bahwa proses internalisasi Pancasila belum sepenuhnya menjangkau generasi muda bangsa, khususnya kalangan pelajar SMA.
"Kedua, bahwa persepsi dan sikap generasi muda terhadap ideologi negara masih bersifat labil," ucapnya.
Berkaitan denagn itu, Ketua Umum Ikatan Motor Indonesai (IMI) itu pun mengatakan persepsi serta proses internalisasi Pancasila pada generasi muda perlu untuk terus dibangun dan dikembangkan.