Kereta Cepat Whoosh

Balik Modal Kereta Cepat Whoosh Tunggu Kiamat!

Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung; Whoosh sulit untuk balik modal. Kalaupun bisa butuh waktu lama.

Featured-Image
Kereta Cepat resmi dinamai Whoosh. Foto: Instagram/@keretacepat_id

bakabar.com, JAKARTA - Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung; Whoosh sulit untuk balik modal. Kalaupun bisa butuh waktu lama.

Ekonom senior INDEF, Faisal Basri bahkan punya analisa ektrem. Saking sulitnya, hingga kiamat belum tentu balik modal.

Tentu itu bukan analisa sesungguhnya. Jika mau menghitung, butuh waktu 139 tahun untuk balik modal kereta cepat tersebut.

Itupun dengan asumsi, setiap hari kereta itu terisi 50 persen. "Ini yang saya katakan sampai kiamat (baru balik modal) itu," katanya dalam diskusi di Universitas Paramadina, Jakarta, Selasa (17/10).

Baca Juga: Kereta Cepat Whoosh Gratis Hingga Pertengahan Oktober

Faisal mendetailkan asumsi-asumsi yang dia gunakan. Mengawali hitungannya dengan menggukanan kurs Rp14.300 dan nilai investasi sekitar Rp114,4 triliun.

Lalu, dia mulai berhitung dari jumlah kapasitas maksimal kereta cepat Whoosh itu. Yakni 601 penumpang.

Kemudian, jam beroperasinya. Yang mana dimulai pukul 05.00 pagi sampai 10.00 malam. Dengan 36 kali jumlah keberangkatan dan tarif Rp 350 ribu per orang.

Namun, perlu dicatat. Dalam asumsinya, ia tak memperhitungkan ongkos operasional. Juga tidak menghitung bunga utang 3,4 persen per tahun dan pendapatan non operasional.

"Asumsi yang saya pakai asumsi surga," katanya. Dari hasil hitungannya, setiap tahun pendapatan dari penumpang yang didapat oleh pemerintah adalah Rp2,369 triliun.

Tapi dengan asumsi yang sangat longgar itupun balik modal investasi kereta cepat masih sangat lama.

Berbeda lagi jika kereta cepat itu mendapatkan jumlah penumpang yang selalu penuh 100 persen. Biaya investasi pemerintah bisa kembali selama 48,3 tahun.

Sementara apabila jumlah penumpang setiap hari mencapai 75 persen, maka pemerintah baru balik modal dalam 64 tahun.

Adapun, jika jumlah perjalanan dikurangi menjadi 30 kali per hari, modal investasi pemerintah baru bisa kembali dalam 77 tahun.

Kemudian, jika tarif diturunkan karena tidak laku. maka hitung-hitungan balik modal akan semakin lama menjadi 92,7 tahun.

Sementara, apabila kurs naik menjadi Rp 14.500 balik modal pemerintah akan semakin lama menjadi 94 tahun.

"Coba diganti jadi kurs sekarang Rp 15.700, bisa 100 tahun," tegasnya.

Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo memberi sinyal. Kementerian BUMN sepakat untuk memperpanjang konsesi KCJB menjadi 80 tahun.

Menurutnya, dalam sebuah proyek infrastruktur memang dibutuhkan pengembalian yang panjang. Hingga nantinya secara trafic dapat berjalan. Mencapai titik optimal.

"Kita melihat dengan konsesi yang sudah kita kembangkan sekarang itu saya rasa relevan. Panjangan cuma 80 tahun, hingga nantinya secara trafic nya juga mencapai titik yang optimal," jelasnya.

Namun, pria yang akrab disapa Tiko menegaskan, keputusan tersebut merupakan kewenangan dari Kemenhub. "Itu kewenangam Pak Menhub," ucapnya.

Penting untuk tahu. Permintaan konsesi proyek KCJB menjadi 80 tahun itu keluar dari mulut Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi.

Alasannya, terdapat perbedaan hitungan antara feasibility study (FS) tahun 2017 yang cukup selama 50 tahun, dengam perhitungan studi tahun ini.

Pada hitungan studi tahun 2017, kereta cepat dinilai mampu mengangkut sebanyak 61.157 penumpang per hari.

Sedangkan, ada perbedaan soal perkiraan penumpang per hari, di tahun ini.

Baca Juga: Resmi Beroperasi! Whoosh Jadi Transportasi Darat Tercepat Indonesia

Perhitungan terbaru menunjukkan jumlah angkut hanya mencapai 31.125 penumpang per hari hingga adanya pembengkakan biaya.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan merespon terkait permintaan PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) untuk memperpanjang konsesi Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) menjadi 80 tahun.

Menko Luhut mengungkapkan, hal itu masih dikaji kembali oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yang memiliki wewenang terkait proyek tersebut.

Pasalnya, saat ini pembahasan terkait perpanjangan konsesi KCJB belum final. "Kita kan belom final mau 50 tahunan mau 80 tahun, bedanya apa sih? Yang penting kan jalan," ungkapnya beberapa waktu lalu.

Editor


Komentar
Banner
Banner