Tak Berkategori

Badai Matahari, Ancaman Kiamat?

apahabar.com, JAKARTA – Badai Matahari atau solar strom memang fenomena yang cukup umum. Baru-baru ini juga…

Featured-Image
Penampakan Matahari. Foto-NASA

bakabar.com, JAKARTA - Badai Matahari atau solar strom memang fenomena yang cukup umum. Baru-baru ini juga beberapa lembaga cuaca sampai antariksa memperingatkan kedatangannya. Apakah pertanda mau kiamat?

Tak dapat dipungkiri jika badai Matahari bisa berdampak negatif bagi Bumi. Para ahli memperkirakan, badai Matahari dahsyat yang melanda Bumi pada 8 Maret 1582 bisa terjadi lagi di abad ini dan menyebabkan kerusakan parah karena di zaman modern ini, satelit dan perangkat telekomunikasi merupakan hal krusial. Badai Matahari bisa berdampak pada hal tersebut.

Laporan dari Portugis di abad ke-16, berjudul Portuguese Eyewitness Accounts of The Great Space Weather Event of 1582 (catatan saksi mata Portugis tentang peristiwa cuaca luar angkasa dahsyat tahun 1582). Hal itu menggambarkan apa yang dilihat saksi mata Pero Ruiz Soares di Lisbon.

Peneliti juga mencatat hal serupa terjadi di Jepang era feodal. Orang-orang di Kyoto melihat penampakan serupa berupa langit merah yang membara. Saat itu, peristiwa ini pernah diberitakan di Leipzig, Jerman, Korea Selatan, dan beberapa negara Eropa dan Asia Timur lainnya.

Menurut NASA, saat terjadi badai Matahari, suar dan angin menembakkan plasma panas mendidih dari Matahari. Ini berpengaruh pada magnetosfer Bumi, yang menyebabkan aurora berwarna cerah di area yang biasanya tak terlihat. Meskipun sebagian besar badai Matahari tidak berbahaya, badai besar dapat menyebabkan gangguan elektronik signifikan.

Meski sebagian besar badai Matahari tidak berbahaya, badai besar yang menghantam Bumi punya konsekuensi membuat kerusakan. Sumber lain yang dikutip dari Universe Today, badai Matahari yang melanda pada tahun 1909 adalah salah satu yang terkuat di abad ke-20.

Badai ini menyebabkan gangguan geomagnetik yang ekstrem, menyebabkan gangguan sistem telegraf yang meluas, dan menciptakan aurora spektakuler di langit malam.

Lebih jauh lagi, badai Matahari saat itu juga menyebabkan komunikasi telegraf di garis lintang menengah ke bawah Bumi terputus. Scientific American juga melaporkan jaringan listrik di Quebec, Kanada lumpuh oleh badai yang cukup tinggi.

Para peneliti mengatakan studi tersebut juga menyebutkan insiden Carrington di tahun 1859 yang dianggap sebagai salah satu peristiwa cuaca luar angkasa paling ekstrem yang pernah didokumentasikan.

Pada tahun 1973, ada kejadian yang lebih dahsyat yang mungkin saja menimbulkan korban jiwa. Badai Matahari melanda Bumi pada bulan Agustus di tahun itu selama periode misi penerbangan Apollo ke Bulan. Lantas bagaimana dengan isu badai Matahari bisa mengakibatkan malapetaka besar?

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin di 2019, Djamal menyebutkan badai Matahari tak perlu ditakutkan karena Bumi kita punya pelindung untuk menangkal.

“Badai Matahari sejak zaman dahulu pun sudah ada. Tapi karena Bumi punya pelindung yang kuat, Bumi aman-aman saja,” ujarnya, kutip bakabar.com dari Detikcom.

Bumi punya dua pelindung kuat, pertama medan magnet yang melindungi dari partikel energetik atau berenergi tinggi berisi proton dan elektron, sehingga tak membahayakan manusia. Kedua, lapisan ozon penangkal radiasi ultraviolet dari Matahari. Karena saat badai Matahari terjadi, terjadi peningkatan pancaran partikel energetik atau partikel berenergi dan radiasi dari Matahari.

“Membahayakannya bukan pada kehidupan tapi bagi teknologi di antariksa. Ketika satelit-satelit itu terkena badai Matahari, dan jika proteksi satelit itu gagal mengatasinya, tentu instrumen di satelit itu rusak. Kalau satelitnya rusak, maka layanan-layanan yang memanfaatkan satelit itu akan terganggu,” terang lulusan S3 Astronomi Kyoto University ini.

Jadi, meski tidak membahayakan makhluk hidup di Bumi, badai Matahari berdampak secara tidak langsung terhadap kehidupan. Pasalnya, layanan berbasis satelit sudah jadi kebutuhan manusia modern. Sebut saja untuk komunikasi, broadcasting dan komunikasi data perbankan misalnya, semua itu sangat bergantung pada satelit.

“Ketika satelit Telkom 1 mengalami gangguan di 2017 misalnya. ATM yang memanfaatkan satelit itu menjadi offline dan sekian banyak pengguna tidak bisa terlayani,” Djamal memberikan contoh.

Bayangkan jika yang terkena gangguan bukan hanya satu satelit, tetapi banyak satelit, tentu akan menimbulkan kekacauan. Nah, hal inilah yang dikhawatirkan, sehingga badai Matahari menjadi perhatian.

Bagi para pembuat satelit, mereka harus bisa membuat proteksi satelit. Sementara bagi operator satelit, mereka harus bisa melakukan langkah-langkah pengamanan ketika terjadi badai Matahari ekstrem.



Komentar
Banner
Banner