Jajaki Bangun Pabrik Ban

Arab Saudi Gandeng Indonesia, Kemendag: Jajaki Bangun Pabrik Ban

Kemendag mengungkapkan perusahaan ban terbesar di Arab Saudi menjajaki peluang kerja sama untuk membangun pabrik dengan perusahaan Indonesia.

Featured-Image
Ilustrasi - Kerja sama yang ditawarkan Kingdom Tyres kepada perusahaan di Indonesia yakni suplai bahan baku, tenaga profesional dan tenaga teknis atau operator. Foto: rnrtires.com

bakabar.com, JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkapkan perusahaan ban terbesar di Arab Saudi menjajaki peluang kerja sama untuk membangun pabrik dengan perusahaan Indonesia.

Keinginan tersebut telah ditindaklanjuti Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor Kemendag dengan melakukan pertemuan pada Kamis (11/5) bersama beberapa perusahaan manufaktur ban terbesar di Indonesia yang sudah mengekspor produknya ke Arab Saudi.

"Kerja sama yang ditawarkan Kingdom Tyres kepada perusahaan di Indonesia yakni suplai bahan baku, tenaga profesional dan tenaga teknis atau operator. Rencananya, Kingdom Tyres akan membangun pabrik ban di kota industri Yanbu, Arab Saudi," ujar Atase Perdagangan Riyadh Gunawan melalui keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (17/5).

Berdasarkan perhitungan dengan metode Compound Annual Growth Rate (CAGR), pada 2022, kebutuhan ban di Arab Saudi sebanyak 35,70 juta unit, pada 2021 sebanyak 33,05 juta, pada 2020 sebanyak 30,6 juta, tahun 2019 sebanyak 28,48 juta, tahun 2018 sebanyak 26,4 juta, tahun 2017 sebesar 24,4 juta, serta tahun 2016 sebesar 22,6 juta.

Baca Juga: Penjualan Pakaian Bekas Impor, Kemendag Hapus 64.583 Tautan di Website

"Ini artinya pertumbuhan permintaan produk ban mengalami peningkatan 8 persen per tahun. Sehingga diperkirakan pada 2032 nilai kebutuhan ban diperkirakan melonjak menjadi 72,32 juta unit/tahun," kata Gunawan.

Duta Besar RI untuk Arab Saudi Abdul Aziz Ahmad di Madinah, Jumat Waktu Arab Saudi (WAS) Foto: ANTARA/HO.MCH
Duta Besar RI untuk Arab Saudi Abdul Aziz Ahmad di Madinah, Jumat Waktu Arab Saudi (WAS) Foto: ANTARA/HO.MCH

Dubes RI untuk Arab Saudi Abdul Aziz Ahmad menambahkan permintaan kebutuhan ban di Arab Saudi terus meningkat karena mayoritas masyarakat Arab Saudi menggunakan mobil sebagai alat transportasi.

"Saat berkendara menggunakan mobil, masyarakat Arab Saudi merasa nyaman dengan air conditioner (AC) khususnya di iklim Arab Saudi yang cukup panas, yaitu suhu harian rata-rata di atas 40 derajat Celcius. Bahkan, saat puncak musim panas suhu mencapai 45-47 derajat Celcius," ujarnya.

CEO Kingdom Tyres Sulton Alkahtani menjelaskan, target pemasaran produk ban ini bertujuan memenuhi kebutuhan ban di wilayah Gulf Cooperation Council (GCC), Asia Selatan, Eropa dan Afrika untuk supremasi pembuatan ban.

Baca Juga: Produk Berdaya Saing, Kemendag Dorong Peningkatan Keamanan Pangan

Didorong oleh "Visi 2030" Arab Saudi, Kingdom Tyres diharapkan akan menjadi pemimpin global di industri ban melalui inovasi, keberlanjutan dan diversifikasi.

"Kami akan memprioritaskan perusahaan ban dari Indonesia sebagai mitra kerja sama. Selain itu, kami juga telah mempersiapkan diri dengan meluncurkan terobosan revolusi di industri ban Arab Saudi bersama dengan calon mitra dari Indonesia," kata Sulton.

Kingdom Tyres adalah anak perusahaan dari Kingdom Group, yaitu sebuah perusahaan investasi yang mempunyai pengalaman bertahun-tahun di bidang manufaktur seperti cat, periklanan, perusahaan baja, perusahaan real estat, pembuatan moduler-moduler listrik untuk perumahan, energi terbarukan dan konstruksi kereta api metro.

Baca Juga: Pertemuan ke-4 JTIC, Mendag: Diselenggarakan Pertengahan Tahun Ini

Berdasarkan data BPS yang diolah Kemendag, pada periode Januari-Maret 2023, total perdagangan nonmigas Indonesia dan Arab Saudi senilai 0,74 miliar dolar AS. Nilai ini naik 12,20 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2022 yang sebesar 0,66 miliar dolar AS.

Sementara itu, total perdagangan nonmigas pada 2022 sebesar 2,93 miliar dolar AS. Dari nilai tersebut, ekspor Indonesia ke Arab Saudi senilai 2,02 miliar dolar AS dan impor Arab Saudi ke Indonesia senilai 0,91 miliar dolar AS.

Editor
Komentar
Banner
Banner