Opini

April yang Sunyi

Oleh Puja Mandela Di mata banyak orang, bulan April begitu istimewa. Kiai Maimoen Zubair bahkan pernah…

Featured-Image
Infografis-Zulfikar/apahabar.com

Oleh Puja Mandela

Di mata banyak orang, bulan April begitu istimewa. Kiai Maimoen Zubair bahkan pernah dawuh begini: Ingatlah, Nak, kalau bulan April punya uang, alamat satu tahun akan memiliki uang.

Nasihat Kiai Maimoen ini mengambil filosofi dari para petani. Di Indonesia, puncak panen masyarakat petani terjadi pada periode Maret-April. Orang yang berhasil memperoleh banyak hasil panen pada periode itu tentu akan memiliki ‘tabungan’ untuk menjalani hidup menuju tahun berikutnya.

Pada April tahun ini, produksi beras nasional diprediksi mencapai 5,27 juta ton yang bersumber dari 1,73 juta hektare lahan. Data ini diambil dari Kerangka Sampel Area Badan Pusat Statistik (BPS). Jika melihat fakta itu, kita bisa langsung ‘ngeh’ dengan nasihat dari Kiai Maimoen Zubair di atas.

Yang lebih istimewa, tentu saja karena pada bulan ini lahir seorang yang begitu kita muliakan: Nabi Muhammad SAW. Meski riwayatnya berbeda-beda, tapi mayoritas umat Islam mempercayai Rasulullah lahir pada Senin 12 Rabiul Awal, bertepatan dengan tahun Gajah atau 23 April 571 Masehi.

Dalam sejarahnya, kelahiran Nabi Muhammad disertai dengan riwayat-riwayat lain yang sangat bersejarah: hancurnya pasukan Abrahah, bergoyangnya istana Persia atau cerita lain tentang padamnya api yang menjadi sesembahan orang-orang Majusi. Kelahiran Nabi Muhammad menjadi berkah dan nikmat bagi kita semua sampai detik ini.

April adalah optimisme. Ada begitu banyak orang yang menyambutnya dengan penuh semangat. Seperti nama April dalam bahasa Georgia yang berarti ‘membuka’, bagi sebagian orang April layaknya gerbang besar yang di dalamnya ada begitu banyak impian dan cita-cita.

Di kampung saya, April juga menjadi bulan yang istimewa. Pada 8 April 17 tahun lalu, Kabupaten Tanah Bumbu resmi dibentuk setelah berpisah dengan kabupaten induknya: Kotabaru. Setelahnya, Tanah Bumbu terus berkembang dengan pesat. Ia bak bayi kecil yang langsung bisa merangkak, berjalan, lalu menjadi remaja yang lincah dan mandiri. Meskipun tentu saja, perjuangan untuk mencapai itu semua tak terlihat semudah yang nampak di permukaan.

Hari ini Tanah Bumbu merayakan ulang tahun ke-17. Biasanya, perayaan digelar super meriah bersamaan dengan Pesta Adat Mappanre Ri Tasie, sebuah ritual budaya turun temurun warga pesisir Bugis Pagatan sebagai ucapan rasa syukur terhadap hasil tangkapan ikan yang melimpah.

Sebelumnya tradisi itu disebut dengan Mappanretasi yang berarti memberi makan laut. Nama itu kemudian diubah menjadi Mappanre Ri Tasie yang memiliki arti makan-makan di laut. Perubahan nama terjadi pada 2018. Tak hanya nama, praktik ritualnya juga berubah. Perubahan itu terjadi saat Bupati Tanah Bumbu masih dijabat oleh Mardani H. Maming yang sekarang menjadi Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).

Perayaan Hari Jadi Kabupaten Tanah Bumbu menjadi berkah bagi banyak orang. Para pedagang dari luar daerah berdatangan. Selama April, rezeki mereka terus mengalir. Ekonomi bergairah. Pemerintah daerah pun mendukung dengan memberikan banyak fasilitas tempat berjualan untuk para pedagang.

Untuk menyedot lebih banyak manusia, pemerintah daerah mengundang musisi-musisi level nasional untuk menghibur masyarakat. Pagatan menjadi destinasi para musisi nasional untuk menjajal sound sistem dahsyat nan menggelegar dari 69 Production pada 2018 lalu.

Beberapa nama besar yang pernah datang untuk memeriahkan pesta adat di Tanah Bumbu antara lain: Noah, Sheila On 7, dan Gigi. Itu belum ditambah musisi-musisi lainnya yang bertarif lebih hemat. Agar tak terlihat terlalu sekuler, Pemkab Tanah Bumbu juga menyelipkan dakwah satu minggu sekali yang diisi tausiah ustaz dan habaib.

April di Tanah Bumbu yang biasanya selalu ramai, kini menjadi sepi setelah Covid-19 berhasil menghajar kita. Tahun ini, perayaan seremonial dan acara-acara lainnya dibatalkan. Pemerintah daerah hanya merayakan hari jadinya dengan cara paling sederhana: doa bersama di rumah masing-masing.

April tahun ini bagaikan sebuah desa yang sudah lama ditinggal penghuninya: kosong, sepi, dan penuh nestapa.

Seperti seseorang berpakaian badut yang berdiri di tengah sebuah mal. Ia tersenyum sembari melambaikan tangan tanpa henti, sementara semua orang yang melihatnya membalas senyuman dan lambaiannya itu dari layar ponsel yang mereka genggam.

*

Penulis adalah redaktur bakabar.com

Komentar
Banner
Banner