Borneo Hits

Antisipasi Dampak Karhutla, Batola Tetapkan Status Siaga Darurat

Mengantisipasi dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sepanjang musim kemarau 2024, Barito Kuala (Batola) telah menetapkan status siaga darurat.

Featured-Image
Personel BPBD Barito Kuala berjibaku memadamkan api di Desa Jambu. Foto: BPBD Batola

bakabar.com, MARABAHAN - Mengantisipasi dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sepanjang musim kemarau 2024, Barito Kuala (Batola) telah menetapkan status siaga darurat.

Status siaga darurat ditetapkan sejak 26 Juli dan berakhir 31 Agustus 2024. Namun status ini dapat diperpanjang, karena tergantung situasi di lapangan.

"Sejak penetapan status siaga darurat, telah terjadi karhutla di Desa Jambu, Kecamatan Kuripan, dalam tiga hari terakhir," papar Plt Kalak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Batola, Mirwan Efendi Siregar, Kamis (15/8).

Sementara kasus karhutla lain di Desa Dwipasari, Kecamatan Wanaraya, juga telah berhasil dipadamkan berkat kesigapan personel dan kerja sama masyarakat.

Kendati terjadi satu kasus kebakaran, titik api di Batola relatif kecil. Namun demikian, BPBD Batola tetap bersiaga dan telah mendirikan posko.

"Kami akan menambah posko karhutla, seandainya terjadi peningkatan sebaran titik api dan jumlah kejadian," papar Mirwan.

"Tentunya kami tidak berharap karhutla semakin meluas, dan meminta masyarakat tidak melakukan pembakaran hutan dan lahan dengan alasan apapun," tegasnya.

Selain dampak asap yang ditimbulkan dapat mengganggu kesehatan, pelaku pembakaran hutan dan lahan juga dapat dipidana berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

Dalam Pasal 78 ayat (3) disebutkan bahwa kesengajaan membakar hutan diancam pidana penjara paling lama 15 tahun dan denda maksimal Rp5 miliar.

Baca Juga: Kebakaran Pertama Usai Siaga Karhutla di Banjar Lalap 1 Hektare Lahan

Baca Juga: Dilalap Karhutla, Ruang Kelas dan Rumah Dinas Guru SDN Bahandang 1 di Batola Luluh Lantak!

Selain menggunakan sumber daya dan peralatan yang tersedia, BPBD Batola juga akan berkolaborasi dan memfasilitasi relawan pemadam dalam penanggulangan karhutla.

"Dengan kolaborasi berbagai pihak, termasuk partisipasi masyarakat, kami yakin dapat mengurangi karhutla di Batola," tutup Mirwan.

Di sisi lain, Pemkab Batola juga sudah membagikan sedikitnya 29 mesin pemadam kebakaran portable ke sejumlah desa untuk penanggulangan karhutla.

Strategi tersebut diyakini berdampak positif, mengingat luasan karhutla yang terjadi sepanjang 2023 di Batola cukup luas.

Mengutip data Sistem Pemantauan Karhutla (Sipongi) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), indikasi luas karhutla di Batola mencapai 22.027 hektare.

Dari total 190.394,60 lahan terbakar di Kalimantan Selatan, Banjar berada di urutan teratas dengan 49.529,82 hektare.

Disusul Hulu Sungai Selatan dengan luas lahan terbakar 33.031,51 hektare, Tanah Laut 31.095,95 hektare, dan Tapin 26.832,15 hektare.

Berada di bawah Batola adalah Hulu Sungai Utara 10.710,36 hektare, Banjarbaru 5.893,69 hektare, Tanah Bumbu 3.611,66 hektare, dan Hulu Sungai Tengah 3.390,38 hektare.

Selanjutnya Kotabaru 2.421,95 hektare, Balangan 1.040,33 hektare, Tabalong 705,79 hektare, dan Banjarmasin 103,46 hektare.

Editor


Komentar
Banner
Banner