bakabar.com, JAKARTA - Dua cawapres rival Prabowo-Gibran kompak menyerang megaproyek lumbung pangan atau food estate. Namun semua itu dinilai Walhi tak cukup.
Debat baru saja dimulai, Cawapres 01 Muhaimin Iskandar langsung tancap gas mengkritik megaproyek food estate.
"Food estate terbukti mengabaikan petani kita, meninggalkan masyarakat adat, menghasilkan konflik agraria dan bahkan merusak lingkungan kita," ucapnya.
Pernyataan Cak Imin kemudian turut diamini oleh Mahfud Md Cawapres nomor urut 03. Baik Imin maupun Mahfud sepakat bahwa proyek lumbung pangan yang berlokasi di Kalimantan Tengah itu merusak lingkungan hidup.
Baca Juga: Debat Cawapres, Cak Imin: Setop Food Estate
Alih-alih menangkal krisis pangan, megaproyek satu ini justru menyebabkan deforestasi atau penggundulan hutan. Ribuan hektare hutan termasuk lahan gambut kaya karbon beralihfungsi. Dua tahun berjalan, singkong yang ditanami Kementerian Pertahanan gagal tumbuh.
Di lahan berpasir tersebut, upaya Kementerian Pertanian menanam jagung juga kandas. Lahan ekstensifikasi atau cetak sawah baru belum juga panen.
Megaproyek food estate adalah program garapan Kementerian Pertahanan. Kemhan saat ini dipimpin Prabowo Subianto tak lain capres nomor urut 02. Kritik soal food estate tentu saja mengarah ke Prabowo.
Debat cawapres keempat tadi malam, Minggu (21/1) membahas isu energi, lingkungan, dan masyarakat adat. Senada dengan Imin, Mahfud Md sejak awal debat sudah melabeli food estate sebagai megaproyek gagal.
"Food estate gagal dan merusak lingkungan. Yang bener aja, rugi dong kita," ujar cawapres Ganjar Pranowo itu.
Baca Juga: KontraS Kutuk Keras Teror dan Intimidasi di Proyek Food Estate
Kritikan Imin maupun Mahfud kemudian dibalas oleh Gibran, wakil Prabowo. Gibran mengeklaim proyek food estate tak sepenuhnya gagal.
"Saya tegaskan sekali lagi, memang ada yang gagal tapi ada juga yang berhasil panen. Misalnya di Gunung Mas, Kalimantan Tengah, sudah panen jagung, singkong, cek saja datanya," jelas Gibran.
Direktur LSM Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalteng Bayu Herinata angkat bicara. Ia sepakat bahwa food estate merupakan proyek gagal.
"Proyek ini merampas lahan masyarakat adat yang dijadikan lahan ekstensifikasi," jelas Bayu dimintai komentarnya selepas debat cawapres keempat.
Tak hanya ekstensifikasi atau cetak sawah baru, intensifikasi food estate juga tidak berhasil mencapai target.
"Intensifikasi yang tidak berhasil mencapai target produktifitas dan lahan ekstensifikasi yang mangkrak berkontribusi pada konflik sosial dan bencana ekologis seperti karhutla serta polusi asapnya," jelas Bayu.
Lantas sejauh mana relevansi statment para cawapres dalam debat keempat tadi? Ia melihat gagasan semua cawapres tidak relevan.
"Bahkan tidak ada gagasan untuk menjawab masalah krisis ekologis yang sudah dan sedang terjadi saat ini dengan upaya pemulihan yang akan di jalankan jika terpilih," jelasnya.
Baca Juga: Kapuspen TNI Respons Soal Intimidasi dan Teror di Food Estate
Yap, semuanya memang mengkritik. Mamun tak satupun dari cawapres melontarkan gagasan mengenai upaya pemulihan food estate.
Bayu berkata sejak ratusan ribu lahan food estate dialihkan, warga adat kehilangan lahan dan mata pencaharian. Yang mereka inginkan saat ini hanyalah hutan mereka kembali.
"Melihat dari debat malam ini masih jauh komitmen dan gagasan yang disampaikan oleh paslon cawapres terhadap keadilan ekologis dan kepada masyarakat adat," jelasnya.