Parenting

Anak Suka Corat Coret? Jika Tak Ingin Tembok Kotor, Beri Sarana Lain

Salah satu periode tumbuh kembang anak adalah membuat coretan. Banyak anak melampiaskannya dengan membuat coretan di tembok.

Featured-Image
Ilustrasi anak mencoret-coret tembok. Sumber: pngtree

bakabar.com, JAKARTA - Salah satu periode tumbuh kembang anak adalah membuat coretan. Banyak anak melampiaskannya dengan membuat coretan di tembok.

Animator Indonesia yang juga pendiri HelloMotion Academy Wahyu Aditya menyarankan orang tua tak langsung melarang anak melakukan ini. Jika tak ingin tembok kotor, orang tua bisa menyediakan sarana lain untuk menyalurkan kesukaan membuat corat coret.

Wahyu berbagi tips untuk orang tua dalam memfasilitasi anak yang gemar corat-coret sebagai bentuk ekspresi.

Sebagai penggerak di bidang animasi dan kreativitas Indonesia, Wadit percaya bahwa setiap imajinasi merupakan sebuah ide yang perlu dikembangkan dengan kreativitas agar nantinya dapat menjadi suatu kenyataan.

Baca Juga: Disleksia, Kesulitan Membaca dan Gangguan Tumbuh Kembang pada Anak

Pada masa usia anak 2-3 tahun, anak sering berekspresi dengan gambar atau mencoret-coret. Hal ini, kata Wahyu, merupakan perwujudan dari asal usul nenek moyang yang dulu berkomunikasi lewat gambar.

Sehingga, menggambar bisa menjadi salah satu bentuk mengekspresikan diri, dan tugas orang tua untuk membangun kembali seni yang ada pada diri anak.

"Memberi ruang mereka berekspresi dengan tidak memarahi ketika coret-coret tembok, atau diarahkan ke media gambar yang murah seperti kertas dan alat gambar yang ada, misalnya krayon dan spidol," kata Wahyu Aditya yang akrab dipanggil Wadit dalam acara festival menggambar di Jakarta, Minggu (22/10).

Wahyu juga menyarankan untuk membebaskan anak bereksplorasi dengan gambarnya dan tidak harus selalu diarahkan untuk mengikuti les dan menjadi seniman.

Selain itu, dunia teknologi yang berkembang saat ini, juga menjadi sarana bagi orang tua bisa memperkenalkan seni melalui media digital.

"Karena itu saling melengkapi dan punya output yang berbeda, jadi sebaiknya dikenalkan keduanya, manual, tradisional maupun digital," ucap Wahyu.

Editor


Komentar
Banner
Banner