News

Punya Ikatan Batin, Kapolsek Balikpapan Selatan Gelar Doa Bersama Untuk Korban Tragedi Kanjuruhan

Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang tak hanya memilukan hati keluarga korban. Duka serupa juga dirasakan Aremania (sebutan pendukung Arema FC) di Kalimantan Timur

Featured-Image
Kapolsek Balikpapan Selatan, AKP Bambang Suhandoyo, berbicara dalam doa bersama untuk korban tragedi di Stadion Kanjuruhan. Foto: apahabar.com/Riyadi

bakabar.com, BALIKPAPAN – Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang tak hanya memilukan hati keluarga korban. Duka serupa juga dirasakan Aremania (sebutan pendukung Arema FC) di Kalimantan Timur.

Sebagai bentuk duka, mereka pun menggelar doa bersama di halaman Mapolsek Balikpapan Selatan, Kamis (14/10) malam.

Tak cuma Aremania, doa bersama itu juga diikuti elemen suporter klub Liga Indonesia di Balikpapan. Mulai dari Bonek, The Maczman, Barito Mania, Bobotoh, hingga Balistik.

Adapun doa bersama tersebut diinisiasi AKP Bambang Suhandoyo yang juga Kapolsek Balikpapan Selatan. Selain lahir di Kepanjen, Malang, Bambang pun seorang Aremania.

Bahkan sebelum menjadi polisi, Bambang pernah memperkuat Petrokimia Gresik di era Perserikatan, seangkatan pemain sekaliber Widodo Cahyono Putro.

Namun karier Bambang di lapangan hijau terhenti di usia muda lantaran cedera kaki. Bambang pun hijrah ke Kalimantan untuk mencari pengobatan tradisional.

Usaha itu tak percuma, karena cedera tersebut berhasil disembuhkan. Namun kemudian Bambang memilih menjadi atlet voli, hingga akhirnya mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan, sebelum mendaftar menjadi anggota Polri.

"Saya memiliki hubungan erat dengan banyak pemain legendaris Arema seperti Totok Anjik dan Aji Santoso. Pun lantaran rumah yang dekat dengan Kanjuruhan, Bambang tak pernah absen menonton partai kandang Arema.

"Dulu kalau Arema bermain di Balikpapan, beberapa pemain memilih menginap di rumah saya," papar Bambang.

Oleh kecintaan terhadap Arema, Bambang tak kuasa menahan kesedihan setelah mengetahui ratusan nyawa Aremania melayang sesuai pertandingan melawan Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10) malam.

"Saya menonton pertandingan itu melalui televisi. Saya juga melihat beberapa penonton masuk ke lapangan," cerita Bambang.

"Namun menjelang pagi, saya mendapat kabar bahwa korban yang meninggal berjumlah ratusan. Saya pun langsung terduduk dan menangis," tambahnya.

Sama seperti masyarakat yang lain, Bambang berharap tragedi itu tidak terulang. Selanjutnya suporter juga lebih erat bersatu dan dewasa mendukung klub kebanggaan masing-masing.

"Fanatisme boleh, simpatisan juga boleh. Namun kalau akhirnya kekalahan, berarti latihan harus lebih keras lagi," tegas Bambang.

"Pun kalau menang, jangan sampai besar kepala. Persebaya pernah degradasi, Persiba juga degradasi. Itulah kehidupan sepakbola," tutupnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner