Nasional

Agustusan di Istana Merdeka, Gerakan Save Meratus Kembali Bergaung

apahabar.com, JAKARTA – Menuntut Indonesia bersih dari energi tak terbarukan, masyarakat dari sejumlah daerah merayakan hari…

Featured-Image
Mahasiswa Mapala Meratus UIN Antasari Banjarmasin, perwakilan dari Kalsel mengikuti aksi #Bersihkan Indonesia di Istana Merdeka, Senin pagi. Foto-Walhi Kalsel for apahabar.com

bakabar.com, JAKARTA – Menuntut Indonesia bersih dari energi tak terbarukan, masyarakat dari sejumlah daerah merayakan hari kemerdekaan di depan Istana Merdeka, Senin (19/8).

Mereka yang berasal dari penjuru tanah air berbaring di jalanan sebagai simbol bahwa kondisi keterjajahan masih berlangsung.

Dari banyak isu yang diangkat dan peserta aksi yang datang, terselip pula gerakan penyelamatan Pegunungan Meratus.

Membawa poster bertuliskan Kalsel, Hulu Sungai Tengah, seorang pemuda berbaring sambil mengenakan kaos bertuliskan ‘Meratus Terancam Batu Bara’. Di bawahnya terdapat hastag ‘Bersihkan Indonesia’.

Pegunungan Meratus yang menghampar sepanjang Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur disebutkan masih terus diincar oleh perusahaan tambang batu bara.

Sebagaimana diketahui, Pegunungan Meratus juga merupakan sumber air utama bagi tiga provinsi termasuk Kalimantan Tengah.

"Komitmen negara terhadap keselamatan rakyat dan lingkungan harus ditunjukkan, salah satunya dengan mencabut izin tambang dan izin perusahaan monokultur di pegunungan Meratus," kata Kisworo DC, Juru Bicara #BersihkanIndonesia dari Walhi Kalsel.

Meratus, kata Direktur Eksekutif Walhi Kalsel itu, adalah paru-paru hutan tropis terakhir yang harus diselamatkan.

“Namun sayangnya, wilayah adat Dayak Meratus belum diakui negara padahal mereka telah hidup jauh sebelum Indonesia menyatakan kemerdekaan,” jelas dia.

Secara umum, bersama dalam gerakan #BersihkanIndonesia, mereka menyerukan kebebasan hakiki dari kerusakan lingkungan dengan meninggalkan sumber energi fosil dan batu bara kotor beralih ke energi bersih terbarukan.

Sementara itu Pradarma Rupang, Jurubicara #BersihkanIndonesia dari Jatam Kaltim menyerukan kemerdekaan dari perampasan tanah dan hutan mereka karena ulah pertambangan batu bara.

Lubang-lubang bekas tambang yang dibiarkan menjadi danau beracun telah menyebabkan kematian demi kematian bagi anak-anak dan ini terus menghantui para orangtua.

"Eksploitasi dilakukan secara masif tanpa mempertimbangkan keselamatan rakyat dan lingkungan. Lahan-lahan produktif rakyat dirampas dan dikonversi menjadi konsesi pertambangan,” jelas Dinamisator Jatam Kaltim itu.

“Sumber pangan warga terus menyempit dan air tercemar. Hukum tidak tegak meski kematian 35 nyawa anak-anak di lubang tambang terus mengintai. Konyolnya, muncul gagasan menjadikan danau-danau racun itu menjadi pariwisata,” sambung Rupang.

Dalam momentum hari kemerdekaan, aksi ini memberikan potret realita yang terjadi di berbagai daerah lainnya di Indonesia yang terancam oleh energi fosil seperti batu bara.

Aksi ini juga sebagai pengingat banyaknya pekerjaan rumah Presiden Terpilih terutama untuk beralih ke energi bersih terbarukan yang dilakukan secara adil, termasuk bagi para pekerja di sektor batu bara.

#BersihkanIndonesia mendesak Presiden Terpilih untuk memastikan bahwa kebijakan pemerintahannya ke depan tidak lagi mengakomodir rencana baru pembangunan PLTU batu bara dan perizinan baru tambang batu bara pada 2020, menuju phase-out dimulai 2030; dan untuk membersihkan pipeline energi dari PLTU batu bara.

Presiden Terpilih mempunyai pilihan dan kesempatan untuk memiliki warisan energi bersih terbarukan; menghindari petaka di masa depan di mana warganya tercemar dan tersakiti oleh berbagai dampak negatif batu bara, dan juga solusi palsu berbahaya beracun seperti PLTN dan insinerator.

Baca Juga: Menteri Pariwisata Optimis Pegunungan Meratus Masuk Unesco Global Geopark

Baca Juga: Menengok PersiapanWarga Meratus HST untuk HUT RI

Baca Juga: Menpar Ingin Pegunungan Meratus Jadi Geopark Internasional UNESCO

Baca Juga: 74 Tahun Merdeka, Warga di Kaki Meratus Baru Dapat 'Penerangan'

Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner