bakabar.com, BANJARMASIN – Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina merespons wacana revitalisasi sungai Veteran layaknya Venesia Italia.
Banjarmasin menjadi satu dari enam daerah yang kecipratan proyek National Urban Flood Resilience Project (NUFReP).
Nilainya tak kaleng-kaleng yakni Rp 1 triliun. Dan bersumber dari Bank Dunia alias World Bank.
Terbaru, revitalisasi sungai Veteran Banjarmasin rupanya masuk dalam program jangka pendek.
Ibnu Sina bilang rencana ini awalnya dibahas bersama Balai Wilayah Sungai Kalimantan III, Januari 2022 lalu.
Di sana sederet fakta terkait NUFReP terungkap.
Salah satunya, program ini dicanangkan untuk enam kota di Indonesia selama lima tahun sejak 2023-2027.
Adapun kota dimaksud yakni Bima, Manado, Medan, Banjarmasin, Semarang dan Penajam Paser Utara.
"Dana yang dikomitmenkan dengan World Bank sebesar 400 juta US dolar atau setara Rp 6 triliun. Kalau dibagi 6 kota, boleh dikatakan masing-masing Rp 1 triliun,” ucap Ibnu Sina, Sabtu (12/3).
Ia berdalih penggunaan anggaran Rp 1 triliun ini harus benar-benar dirincikan untuk penataan dan normalisasi sungai di Banjarmasin.
Pasalnya uang hibah Rp 1 triliun itu bukan hanya digunakan untuk revitalisasi sungai Veteran saja. Namun juga sungai lainnya di Banjarmasin.
Misalnya sungai Teluk Dalam, sungai Ahmad Yani dan sungai Guring, termasuk sungai Pekapuran.
“Ini dari hulu ke hilir, yaitu proses penanganan banjir,” tegasnya.
Terkait sungai Veteran, Pemkot Banjarmasin akan melakukan pembebasan lahan hingga kawasan Kuripan dengan lebar 5-6 meter. Dananya bersumber dari APBD kota dan provinsi.
"Itu bisa dilanjutkan pembangunannya 2024 sampai 2027. Jadi seperti itulah formatnya," bebernya.
Ia meminta kepada seluruh elemen masyarakat agar bersama-sama mengawal program ini.
Terlebih, proyek tersebut dinilai sejalan dengan visi-misi Banjarmasin kota berbasis sungai.
Pemkot Banjarmasin bertekat menjadikan Banjarmasin sebagai kota terindah di Indonesia.
"Jangan sampai ada anggapan bahwa ini ada anggaran Rp 1 triliun untuk penanganan kecil saja," pungkasnya.
Sekadar diketahui, proyek NUFReP merupakan inisiasi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR dan Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri.
Total anggarannya cukup fantastis. Yakni mencapai USD 400.000.000 atau setara Rp 6 triliun.
Program penangkap banjir ini mencakup perencanaan investasi risiko banjir, investasi ketahanan banjir.
Kemudian penguatan kelembagaan dan manajemen pengetahuan, manajemen program serta dukungan implementasi.