Hot Borneo

Sebelum Jatuh Korban, Sukarelawan Batola Tambal Lubang Jembatan Simpang Lima

Atas inisiatif sendiri, sejumlah sukarelawan memperbaiki Jembatan Simpang Lima di perbatasan Kabupaten Barito Kuala dengan Banjar, Jumat (4/12) sore.

Featured-Image
Sejumlah warga bergotong-royong mengganti lantai papan Jembatan Simpang Lima yang patah. Foto: Istimewa/BPK Jejangkit Jaya Rescue

bakabar.com, MARABAHAN – Atas inisiatif sendiri, sejumlah sukarelawan memperbaiki Jembatan Simpang Lima di perbatasan Kabupaten Barito Kuala dengan Banjar, Jumat (4/12) sore.

Dalam sekitar sebulan terakhir, lubang besar menganga di tengah-tengah jembatan. Tidak hanya satu, melainkan dua lubang. Selain disebabkan usia, beban jembatan yang terbuat dari kayu ulin tersebut sudah semakin tinggi.

Situasi itu tentu saja mengkhawatirkan pengguna jalan, terutama malam hari. Mereka harus ekstra hati-hati agar ban kendaraan tidak masuk lubang.

Akhirnya tanpa harus menunggu jatuh korban akibat kecelakaan, sejumlah warga yang peduli berinisiatif melakukan perbaikan.

Mereka terdiri diri anggota BPK Jejangkit Jaya Rescue, Majelis Taklim Nurul Ilmi, staf Kecamatan Jejangkit dan Desa Jejangkit Barat, serta masyarakat sekitar.

img

Kondisi Jembatan Simpang Lima sebelum sejumlah relawan berinisiatif melakukan perbaikan. Foto: Istimewa/BPK Jejangkit Jaya Rescue

Sementara bahan-bahan perbaikan seperti papan kayu, galam, rantai sepeda motor dan ban bekas, serta paku, diadakan secara swadaya.

“Inisiatif memperbaiki jembatan itu didorong kepedulian kami terhadap pengguna jalan,” ungkap M Hairullah, salah seorang anggota BPK Jejangkit Jaya Rescue.

Sampai Akhir 2020, Jembatan Jejangkit-Sungai Tabuk Tak Kunjung Diperbaiki

Kendati lubang sudah ditutupi, bukan berarti kekhawatiran selesai. Diperkirakan kekuatan papan penambal tak berumur panjang, seiring intensitas kendaraan yang melintas.

“Tentu kami segera berharap dilakukan perbaikan permanen. Apalagi hampir setiap hari kami melintasi jembatan tersebut,” cetus Bani, salah seorang pengguna jalan.

Jembatan tersebut merupakan salah satu fasilitas pendukung pelaksanaan Hari Pangan Sedunia (HPS) 2018 di Jejangkit.

Kemudian pasca pelaksanaan HPS, jalur itu menjadi akses alternatif warga, baik dari Banjar maupun Batola.

Dalam kondisi normal, waktu tempuh dari Marabahan menuju Martapura atau sebaliknya hanya sekitar 1 jam, lantaran kondisi jalan sudah 95 persen aspal.

Ketika Haul Guru Sekumpul di pertengahan Maret 2020, jalur HPS berhasil memecah kepadatan lalu lintas jalan protokol, terutama pengendara sepeda motor dan mobil ukuran kecil.

Sebelumnya Pemprov Kalimantan Selatan belum berencana segera melakukan peningkatan jembatan. Terdapat sejumlah faktor yang menjadi pertimbangan.

“Memang jembatan dan jalan di Jejangkit termasuk rencana strategis provinsi. Artinya aset dimiliki bersama antara provinsi dan kabupaten,” sahut Yasin Toyib, Kabid Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kalsel.

“Namun kami belum berencana membangun jembatan. Pertimbangannya antara lain ketersediaan anggaran dan luas jalan yang masih 4,5 meter,” imbuhnya.

Mengingat luas yang setara jalan desa, pelebaran jembatan dikhawatirkan memancing kepadatan lalu lintas di kawasan tersebut.

“Untuk sementara proyek-proyek di Jejangkit masih bersifat pemeliharaan, baik dari provinsi maupun kabupaten. Sesuai komitmen awal, perbaikan dan pengaspalan merupakan tanggung jawab provinsi,” beber Yasin.



Komentar
Banner
Banner