Tak Berkategori

Konflik Manusia Vs Bekantan, Pengamat: Sediakan 30 Persen Kawasan Hijau

apahabar.com, BANJARMASIN – Duta Bekantan Kalimantan Selatan (Kalsel) sekaligus Dosen Pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat (ULM),…

Featured-Image
Di Kalimantan Selatan jumlah konflik antar Bekantan dengan manusia terus menanjak. Foto-Ist

bakabar.com, BANJARMASIN – Duta Bekantan Kalimantan Selatan (Kalsel) sekaligus Dosen Pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Rizki Amelia mendorong daerah menyediakan 30 persen kawasan hijau. Nantinya, peruntukan kawasan itu sebagai Kawasan Ekosistem Esensial (KEE).

Mengutip data BKSDA setempat, populasi Bekantan Banua mencapai 7.450 ekor. Terdiri dari 2.450 ekor di dalam kawasan konservasi, dan 5.000 ekor berada di luar kawasan konservasi atau Kawasan Ekosistem Esensial (KEE).

Baca Juga:5.000 Ekor Bekantan Berada di Luar Kawasan Konservasi, BKSDA Dorong Ekosistem Esensial

Sayang, dalam setahun terakhir, konflik satwa bekantan dengan penduduk kian meningkat, dari 9 kasus di 2017 menjadi 15 kasus di 2018.

“Kawasan tersebut (KEE) dijadikan kawasan ekosistem esensial untuk perlindungan dan pelestarian bekantan,” ucapnya kepada bakabar.com.

Sebagai konsekuensi logis dari lajunya pertumbuhan ekonomi, pembangunan dan pertumbuhan penduduk, kata dia, memicu terjadi konflik antara Bekantan dengan manusia. Terlebih, ekspansi pembukaan dan pemanfaatan lahan yang merupakan habitat satwa liar itu kian masif.

Menurutnya, perlu adanya semacam perencanaan yang matang dalam membangun suatu kawasan. Khususnya, dengan tetap mempertimbangkan wawasan lingkungan hidup secara lestari dan berkesinambungan.

Sejauh ini, menurutnya tingkat kepedulian masyakarat Banua terhadap pelestarian bekantan masih relatif tinggi. Ini terbukti dengan adanya partisipasi masyarakat di kala rescue hewan bernama latin Nasalis larvatus itu.

“Ya ini yang biasanya kami lakukan bersama BKSDA Kalsel,” tegasnya.

Bekantan merupakan salah satu jenis primata yang sangat sensitif dan mudah stres terhadap keberadaan manusia.

Bekantan selalu menghindari kontak langsung dengan manusia. Sehingga, bekantan memilih untuk menghindar atau bermigrasi ke kawasan yang cenderung lebih aman dengan daya pakan yang sesuai.

Baca Juga:Konflik Manusia dan Bekantan di Kalsel Belum Mereda

Reporter: Muhammad Robby
Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner